Oleh: Maximus Sedik
Perubahan adalah suatu proses yang tak pernah berhenti dalam dunia ini, termasuk dalam kehidupan manusia. Paradigma perubahan selalu bersumber pada ilmu pengetahuan sebagai ranah kognitif manusia. Selanjutnya, paradigma yang berubah ini berjalan menuju ke tahap nilai (afeksi) dan kemudian pada titik tertentu, membentuk sebuah skill.
Pada akhirnya, semua ini akan terwujud dalam diri manusia dalam bentuk perilaku sikap sosial dalam kebudayaannya. Pergeseran paradigma kognitif dalam ilmu pengetahuan secara simultan akan terus melahirkan peradaban-peradaban baru yang terus mengalami pergerakan.
Jika merujuk pada pemikiran filsafat, sejarah perkembangan umat manusia setidaknya dapat dikategorikan ke dalam empat fase. Empat fase pemikiran filsafat tersebut secara berurutan yakni: Kosmosentris, teosentrisme, antroposentrisme dan logosentrisme.
Masing fase memiliki karakteristik tersendiri, sekaligus memiliki banyak penganut di masanya. Tahap pertama yakni kosmosentrisme, tahap dimana alam semesta bertindak sebagai objek diskursus. Ini terjadi pada peradaban zaman kuno. Tahap kedua yaitu teosentrisme, adalah masa ketika objek kajian berpusat pada tuhan. Masa ini terjadi pada abad pertengahan.
Berikutnya adalah masa antroposentrisme, dengan wacana dominannya adalah manusia dengan kekuatan rasionya dan diunggulkan lebih dari apapun. Masa ini terjadi pada zaman modern yakni, abad ke-19. Dan keempat adalah logosentrisme, yakni tahapan yang menempatkan bahasa sebagai pusat pembicaraan. Masa ini terjadi pada abad mutakhir (modern), tepatnya di abad ke-21.
Fase pemikiran pertama dan kedua identik dengan era tradisional, sedangkan fase pemikiran filsafat ketiga adalah era modern atau pencerahan. Pada era pencerahan ini semua hal bertitik tumpu pada manusia. Dan beberapa fase yang sangat berpengaruh saat ini, seperti yang masih relevan dalam perdebatan para pemikir-pemikir yakni era post-modernisme (era kekinian).
Fase fase ini menunjukan sebuah revolusi kehidupan manusia dan berjalan sesuai dengan pemikiran-pemikiran sesuai dengan masanya.
Kemerosotan suatu kehidupan terutama kehidupan yang dibentuk secara kultural yang dibentuk berdasarkan corak kebiasaan hidup masyarakat setempat. Penurunan nilai-nilai budaya akibat dari berbagai hal terutama tawaran pembangunan yang terlalu tinggi.
Kehidupan itu dibentuk melalui sebuah proses yang panjang, kehidupan itu diyakini setiap masyarakat yang berada di setiap suku-bangsanya. Kehidupan itu terbentuk dari suatu pola tertentu dan itu diyakini secara bersama dan berkembang dari generasi ke generasi.
Budaya adalah suatu unsur terpenting dalam membangun sebuah kehidupan baik. Kehidupan di dunia ini,dan bersumber pada suatu kebiasaan yang terwarisi secara baik dan itu terbentuknya suatu tatanan. Budaya itu bersumber pada lisan yang berkembang sehingga menjadi budaya tulis, setiap suku bangsa di dunia mengenal budayanya mengembangkan sesuai dengan corak kehidupan manusia.
Budaya di berbagai suku bangsa di muka bumi ini memiliki keunikan tersendiri. Kehidupan itu terbentuk karena adanya suatu kelompok yang memiliki kebiasaan yang terbangun sejak manusia itu mengenal kehidupannya.
Berbagai budaya lisan berkembanga dalam kehidupan masyarat diteruskan secara turun-temurun dan dikembangkan. Budaya itu ada, berdasarkan bagaimana manusia yang memiliki budaya megembangkan atau melestarikan. Melestarikan sebagai bagian dari kehidupan yang tidak bisa dipisahkan dalam bentuk apapun.
Kelompok masyarakat suatu bangsa itu dikenal melalui budaya yang dipertahankan baik secara lisan dan tertulis untuk menjadi bahan yang dipublikasi melalui karya-karya ilmiah. Kita dibentuk melalui kebiasaan kehidupan melalui cara hidup dalam kelompok sosial, membangun ekonomi dan berbagai segmen terkait yang dibangun secara komunal.
Ilmu pengetahuan menjadi suatu esensi utama begitu pula budaya juga menjadi suatu esensi yang tidak bisa dipisahkan dalam perkembangan kehidupan. Setiap kelompok masyarakat menafsirkan budaya yang menjadi bagian jati (eksistensi) diri sesuai dengan dimensi maupun konteksnya.
Manusia itu disebut sebagai manusia yang seutuhnya apabila mampu melestarikan budaya yang ada sebelum kehidupan yang sifatnya institusi moderen lain.
Banyak pendapat yang menafsirkan budaya terutama ilmu pengetahuan, tetapi itu sebatas menganalisa sesuai dengan kajian sains. Yang memahami dan menunjukan adalah orang yang memiliki budaya itu, karena kelompok inilah lebih mengenalnya dari itu.
Seperti di kalangan masyarakat Tambrauw memiliki pendidikan inisiasi yang ada di wilayah Tambrauw gunung. Budaya itu, bagian yang penting dalam kehidupan manusia yang terbentuk secara komunal primitif maupun dan menuju pada fase kehidupan berikutnya.
Seluruh kehidupan yang bersumber pada aktivitas manusia, seluruhnya berawal dari konstruksi budaya. Budaya itu terbentuk sesuai dengan hasil cipta, karya, karsa dan rasa yang berkembang dan itu menjadi bagian yang sangat mendasar dalam diri kelompok masyarakat.
Dunia terbentuk berawal dari episode peradaban berkembang di masanya. Kehidupan dunia saat ini ada pada era post-modernisme sehingga memberi pengaruh yang besar dan mengarah pada sebuah peradaban baru. Berpengaruh dari berbagai sudut kehidupan secara spesifik pada seni dan antropologi dan berefek pada antroposnya. Segi kebudayaan, banyak pengaruh yang memberi dampak yang besar dan itu bagian dari misi perubahan dunia.
Bagaimana masa depan budaya di tengah era moden, masa depan budaya Tambrauw berada di tangan seluruh pemilik tanah, hutan dan budaya Tambrauw dan menjadi hak seluruh orang Tambrauw. Dan menjadi kewajiban secara penuh untuk dilestarikan secara luas.
Adat (kebiasaan) itu suatu spirit yang mendasar dalam kehidupan manusia dan bukan menjadi vestifal yang dipamerkan untuk menjadi bahan pertontonan para wisatawan (para pengunjung). Tetapi adat itu, sebagai misteri ilahi yang terbentuk secara natural dan sangat sakral sehingga kita menjaga kesakralan itu.
Adat orang Tambrauw adalah adat yang berbeda dari seluruh adat yang ada di dunia ini, maupun secara khusus Papua. Yang memandang itu adalah orang Tambrauw sendiri dan Orang Tambrauw menjadikan adat sebagai suatu yang menjadi Bagan dari jiwa dan raga yang menjadi penggerak kehidupan.
Tambrauw terdapat dalam lima suku besar yakni, empur, Miyah, Ireres, Madik dan Bikar. Keempat suku lain lebih mendominasi di wilayah gunung dan lembah Tambrauw dan keempat ini juga memiliki bahasa yang berbeda. Dan satu suku berada di sepanjang wilayah pesisir Tambrauw dan berbau juga dengan suku empur dan itu terlihat pada persebaran bahasa. Ini terlihat pada perkawinan campuran (persilangan) antara marga-marga sehingga terlihat sama.
Seluruh masyarakat Tambrauw memiliki mata pencaharian campuran seperti satu kepala keluarga bisa bertani, berternak dan meramu. Aktivitas kehidupan masyarakat Tambrauw berpusat pada alam, alam sebagai sumber kehidupan utama masyarakat.
Sistem pertanian maupun komunitas kehidupannya, sifatnya nomaden. Dan seluruh tatanan budaya sama seperti sistem barter, perang antara sesama, corak arsitektur bangunan juga masih terlestari hingga Tambrauw terbentuk sebagai status daerah otonomi baru. Budaya yang ada di Tambrauw adalah budaya anak Tambrauw sehingga kita mempunyai peranan penting untuk mewarisi itu.
Bagaimana Pola hidup orang Tambrauw di masa lalu, pola bergantung atau berlandaskan pada Aliran kosmos (kosmosentrisme) dan komunal (komunalisme). Yang mengartikan bahwa pusat hidup orang Tambrauw di masa lalu bergantung atau berpusat pada alam. Dan hidup kelompok-kelompok kecil (klein/marga) yang berpusat pada seluruh dusun-dusun kecil.
Seluruh orientasi kehidupan bersumber pada alam, alam menjadi sumber utama hidup mereka secara keseluruhan. Pola relasi yang di bangun adalah pola relasi responsibility yaitu, relasi yang saling menguntungkan dan saling ketergantungan dari semua lapisan sosial yang mereka jalani.
Dalam pemahaman orang Papua zaman lalu ada tiga alam yaitu, alam kosmos, alam empiris atau nyata, dan alam tak nyata atau roh-roh (alam non empiris). Keyakinan yang mereka yakini juga berdasarkan asal-usul mereka berdasarkan moyang suatu marga yang berupa alam hewan maupun alam tumbuhan.
Paham ini para antropolog menyebutnya sebagai paham totem (totemisme) yang artinya kepercayaan pada benda yang memiliki suatu kekuatan tertentu. Keyakinan ini juga kita orang Tambrauw meyakini dan itu mengalami pergeseran pada saat misi gereja masuk.
Kita orang Tambrauw saat ini memiliki suatu pola pergeseran melalui suatu teologi baru maupun transformasi. Ada tiga keadaan geografis alam Papua, yang membentuk karakteristik orang papua secara umumnya yaitu, alam pegunungan, alam pantai atau pesisir, dan alam rawa-rawa.
Medan geografis ini juga mempengaruhi mata pencaharian utama mereka, berdasarkan alam dimana mereka berada.
Orang yang mendiami alam pegunungan mata pencaharian utamanya adalah bercocok tanam atau bertani dan berburu, yang mendiami alam pantai mata pencaharian utamanya adalah pelaut atau nelayan, dan yang mendiami alam rawa-rawa mata pencaharian utamanya yaitu meramu dan sedikit juga berburu.
Ketiga alam ini juga mempengaru seluruh watak atau karakter yang mereka miliki, watak orang gunung dan pantai sama, keras tegas,prinsipil, pemberontak, kritis, agresif, emosional, bekerja keras, daya juang tinggi, dan lain sebagainya. Sedangkan watak orang peramu adalah lebih pasif, menunggu, santai, lebih memilih diam, kurang bekerja keras, tetapi lebih berjiwa seni ( pahat, ukir, dan suara tari), lebih menghargai alam, spontan dan jujur mengatakan apa adanya, polos dan sederhana, dan lain sebagainya yang mereka miliki.
Karena pusat hidup kita orang Tambrauw atau Papua pada saat itu berpusat pada alam (kosmos), maka melahirkan banyak ritus-ritus dan upacara-upacara yang berhubungan alam roh nenek moyang dan sesama yang masih hidup. Misalnya ritus kelahiran, ritus kematian, dan ada banyak ritus lainnya tidak disebutkan, selain ritus-ritus ada pula upacara-upacara adat, misalnya upacara tebang kebun, upacara tebang sagu, dan upacara ritual lainya.
Selain upacara-upacara ada pula pesta-pesta yaitu, pesta adat, pesta tukar kain timur bagi masyarakat pegunungan Tambrauw memiliki kesamaan itu,dan berupa pesta adat lainya.Tatanan sosial dan nilai-nilai budaya masa lalu, sebagai struktur dan sistem yang bersumber pada sistem marga atau klein yang mendiami suatu tempat tertentu yaitu dusun.
Nilai-nilai budaya, pendidikan melalui sistem pendidikan adat yang disebut pendidikan inisiasi, baik untuk kaum laki-laki maupun kaum perempuan sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan atau disepakati bersama oleh para pendidik. Tujuan dari pendidikan ini, banyak memberi nilai-nilai positif untuk para pendidik yang dididik. Kajian secara analitik untuk mendefinisikan (menjelaskan secara sains masih terbatas atau dibatasi oleh pendidik secara khusus di Tambrauw.
Menurut beberapa ahli yang meneliti tentang proses pendidikan adat atau pendidikan tradisional, menyimpulkan bahwa sistem pendidikan inisiasi memiliki beberapa karakteristik (spesifikasi tertentu) dan dimensi yang khas yang diterapkan kepada para pendidik yang berstatus sebagai murid sebagai subjek inisiasi.
Kata inisiasi berasal dari kata latin’’ pinisium’’, artinya transisi, antara (between) belum jadi beralih ke jadi, belum dewasa menuju dewasa, peralihan dari belum tahu menjadi tahu, dan sebagainya. Dengan sistem pendidikan adat ini, sistem transmisi harus ditempuh melalui proses yang ketat dan tertutup dari dunia luar. Ini memiliki ciri kesakralan (suci) sehingga untuk masuk pada dunia ini dilalui proses ketat.
Arnold Van Gennep (1873-1857, menyebut ‘’sistem pendidikan adat ini dengan nama sistem pendidikan peralihan dan pengasingan ‘’diri’’. Karena melalui beberapa proses atau tahapan yang ditempuh melalui sistem pendidikan yang diterapkan.Tahap- tahap tersebut tersebut adalah tahap pemisahan tahap transisi atau pengasingan, dan tahap integrasi atau penyatuan.Tahap ini, A,Van Gennep, menyebut tiga tahap ini adalah suatu proses sistem pendidikan yang mengolah,mengembangkan, dan membentuk para murid atau para subjek inisiasi. Ketiga tahap ini dapat ditempuh melalui suatu proses waktu yang cukup lama. Dan juga ketiga tahap sistem pendidikan inisiasi adat ini mencakup tiga aspek atau tiga hal utama yang menjadi fokus perhatian yaitu, aspek pelepasan atau pemisahan dari keterkaitan biologis maternal-paternal menuju pada tahap personal(ketersendirian atau keterasingan), kemudian menuju pada pembentukan kedewasaan yang utuh, dan siap diutus atau turun di tengah-tengah masyarakat.
Ada empat dimensi utama yang menjadi perhatian melalui program pendidikan inisiasi yang diterapkan, yang pertama, pendidikan dan pelatihan fisik-mental, pendidikan dan pelatihan rohani secara adat, dan pendidikan dan pelatihan cara etos kerja yang baik maupun cara memimpin.
Ada pula melatih setiap orang untuk mampu mengingat dan memahami semua ajaran yang sudah dipelajari bersama berupa dogma adat.Yang disebut di atas sebagai suatu kurikulum yang diterapkan dalam sistem pendidikan inisiasi, bagi pria dan wanita. Landasan ajaran inilah yang membentuk karakter dan kepribadian para pendidik. Dengan demikian hasil akhir yang dicapai melalui sistem pendidikan inisiasi ini adalah membentuk atau melahirkan para pemimpin masyarakat yang sungguh-sungguh bermutu atau berkualitas dalam segala tindakan.
Melalui tahap teoritis sebagaimana disebutkan di atas seorang pria dan wanita, diharapkan mampu menjadi pelaku perubahan bagi masyarakat. Dengan demikian mereka secara bertanggung jawab dan berpartisipasi secara penuh untuk turut membengun masyarakat. Dalam sistem pendidikan ini dibentuk secara karakter maupun tindakan sosial dalam pergaulan antara sesama dalam kehidupan.
Dunia berpikir orang Tambrauw dan orang Papua pada masa lampau sama dengan cara berpikir manusia modern, sehingga untuk mengambil bagian secara aktif dalam kehidupan bermasyarakat, harus seseorang itu secara sungguh-sungguh dibekali dari sebuah lembaga pendidikan tertentu. Sehingga semuanya, terjawab dan berjalan sesuai dengan orientasi kehidupan sosial yang membaik. Cara ini berbeda pada orientasi penerapannya yang dicapai oleh lembaga yang bersangkutan. Nilai-nilai yang dikedepankan disini adalah menjaga keharmonisan yang baik antara, sesama dalam kehidupan masyarakat. Hubungan yang dibangun antara keutuhan dan kesatuan antara manusia dengan alam, dan sebaliknya alam dengan manusia. Pada masa ini manusia sangat menghargai alam yang sangat ketat, karena alam bukan hanya memberikan nilai ekonomis saja tetapi alam juga sebagai spiritual/rohani, kekuatan kesehatan, energi gizi, kekuatan ilahi, dan kekuatan keindahan.
Orang Papua menerima kontak dengan orang luar dan budaya luar yang berawal mula, zaman ekspedisi bangsa-bangsa Eropa untuk menemukan benua baru yaitu, orang –orang Spanyol, Portugis, Italia, Inggris, Belanda, Prancis dan Jerman. Kita orang Tambrauw berhubung dengan dunia luar melalui para misionaris baik Katolik maupun Protestan.
Awalnya, para zending protestan masuk berawal mula di wilayah pesisir, katolik mengikuti dan lebih wilaya pegunungan Tambrauw. Dalam perkembangan ini juga diikutsertakan dalam penyebaran Agama oleh para misionaris maupun para pendeta.
Penyebaran ini meliputi wilayah pegunungan dan pesisir pantai, para pendeta menguasai wilayah pesisir pantai, sedangkan para misionaris katolik menguasai wilayah pegunungan dan dataran rendah sebagian. Orang Papua menerima agama modern sebagai suatu pencerahan baru dalam pribadi masyarakat secara keseluruhan. Setiap suku bangsa mendiami tempatnya masing-masing dan memiliki anekaragaman budaya juga berbeda-beda. Dan kita orang Tambrauw juga bagian yang terlibat secara langsung dengan ini. Sumber-sumber lain menjelaskan secara singkat bagaimana orang Tambrauw berkontak dengan dunia modern terutama agama (katolik dan Protestan).
Masa depan orang Tambrauw, terutama masa depan budaya, adat istiadat, kearifan lokal, bahasa dan seluruh sel-sel hidup yang membentuk kehidupan.Menjadi perhatian kita semua, dan itu disesuaikan kondisi hidup orang Tambrauw hari ini, melalui perkembangan dan perubahan bergerak seperti jarum jam.
Seharusnya, kita tidak boleh meninggalkan adat itu karena akibat dari pembangunan maupun perubahan mendasar berkait. Tugas kita bukan wacana belaka tetapi ada satu konsep yang baik untuk menentukan masa depan adat orang Tambrauw. Seperti, kearifan lokal, arsitektur bangunan rumah, pendidikan adat, sistem belis, barter barang, cara bertani dan hal-hal yang menjadi kebiasaan hidup orang Tambrauw.
Seluruh hutan dan tanah di Tambrauw juga bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan orang Tambrauw. Hutan adalah tempat yang menyimpan berbagai hal seperti nilai-nilai adat itu sendiri.
Masa atau waktu menurut filsuf M.Buber dan St. Agustinus, menurut kedua filsuf pada hakikatnya watu tidak memiliki waktu lalu dan waktu akan datang. Waktu pada dasarnya pada saat ini atau hari ini. Benteng waktu ini ada di dalam ide atau pikiran dan hati manusia. Ketika manusia memulai suatu ide atau suatu aksi maka pada saat itu atau pada hari itu ia sedang mengkonstruksi sesuatu yang berlanjut pada hari ini, hari ini, sehingga menjadi memori atau kenangan, yang disebut sejarah dan menjadi cita-cita ke depan adalah harapan.
Menurut kedua filsuf di atas ketika kita memulai suatu karya berarti kita sedang membangun suatu nilai sebagai suatu kekekalan waktu. Karena nilai dan waktu adalah bagian dari kekekalan itu sendiri, yang oleh orang beriman menyebutnya Allah. Berpedoman pada pandangan tentang makna atau arti waktu menurut kedua filsuf mendorong kita untuk melihat kembali posisi kita saat ini sebagaimana telah saya uraikan pada bagian kedua yaitu kehidupan orang Tambrauw yang saya uraikan di atas.
Bagaimana kita saat ini, khususnya sebagai generasi muda yang mampu mengkonstruksikan kembali kepribadian kita, sehingga lebih tangguh dan lebih utuh serta lebih berkualitas mampu membangun masa depan Tambrauw maupun Papua secara umum yang lebih baik? Tanpa meninggalkan yang menjadi dan memformulasikan diri kita.
Menurut saya pada saat ini,pada hari inilah kita sebagai generasi penerus Tambrauw harus memulai sesuatu harus sungguh-sungguh belajar, sungguh berjuang dan kerja keras, mulai memberi diri untuk dibentuk, dibimbing, dan diarahkan orang lain melalui sistem pendidikan yang kita tempuh pada saat ini. Kita harus memanfaatkan ruang , waktu, tempat dan kesempatan untuk membangun landasan kokoh dalam pribadi kita.
Mulai hari ini, saat ini tinggalkan segala hal yang bersifat negatif dan hilangkan segala hal yang bersifat destruktif( yang merusak diri sendiri dan sesama) dan membangun sikap dan sifat yang konstruktif( yang membangun diri sendiri dan sesama). Mulai hari ini, saat ini merubah segala mentalitas yang merusak dan merugikan sesama maupun diri sendiri, dan terapkan sesuatu yang baik dalam pribadi kita.
Tambrauw yang akan datang hanya ditentukan oleh kita yang saat ini, hari ini apakah baik atau buruknya Tambrauw tergantung pada kita semua dan komitmen yang jelas. Bagaimana kita orang Tambrauw membangun tanah Tambrauw tetapi tidak merusak, apa yang dimilikinya baik itu budaya, suku, bahasa, ras, agama, dan alam leluhur kita yang diakui dunia?. Tambrauw menjadi ikon dunia bukan saja dari keindahan alamnya, tetapi budaya atau adat-istiadat juga sebagai bagian yang penting untuk dilestarikan. Dilestarikan bukan karena dibentuk oleh lembaga formal dari institusi pemerintah tetapi itu, dilestarikan karena bagian dari identitas dan spirit kehidupan orang Tambrauw.
Seluruh kehidupan di atas Tambrauw, terutama kehidupan yang sebelum kehidupan modern ada. Kehidupan ini, menjadi bagian yang sangat penting dan fundamen dalam setiap diri orang Tambrauw. Kita sebagai pewaris dan penerusnya, memiliki kewajiban untuk melestarikan dan merawat sehingga itu tetap ada dan hidup dalam diri orang Tambrauw. zaman ini, menantang kita semua untuk berlomba-lomba untuk bersaing mencapainya sesuai dengan perubahan zaman.
Perubahan itu mengubah cara berpikir seseorang atau suatu tatanan kelompok masyarakat. Perubahan tidak menuntut orang untuk melupakan diri dalam wujud tertentu (budaya). Kita hidup dalam suatu perubahan dunia melalui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dan ini dimbangi dengan pembentukan karakter setiap insan yang hidup dalam suatu lingkungan tertentu. Setiap orang disebut sebagai manusia yang berakal dan berbudaya, itu dilihat beberapa dimensi seperti karakter dan kebiasaan yang berkembang dalam individu maupun kelompok itu.
Kehidupan dalam zaman yang memaksa setiap individu dan kelompok untuk bergerak dan menyesuaikan diri dalam dimensi perubahan itu. Hal seperti bukan sekedar wacana tetapi ini, menjadi satu ruang diskursus untuk membangu ruang berpikir yang baik. Tujuannya untuk, memahami konspirasi yang dibangun dengan dalil perubahan pada kehidupan dengan indeks kelompok kapitalis. Apabila kita tidak mampu untuk memahami, kita dikonstruksikan ke dalam narasi maupun argumentasi yang ini.
Dan sering kita selalu mangkrak dalam kerangka berpikir yang sehingga tidak mampu untuk membaca masalah yang membuat kita mati dalam berbagai konsep. Bahkan adat kita yang menjadi warisan leluhur kita itu ditinggalkan bahwa memandang bahwa itu kuno.
Kekurangan pemahaman yang baik membuat kita mendewakan apa yang disampaikan oleh orang lain dengan suatu misi tertentu. Dengan ini, maka kita menganggap seluruh kehidupan terutama kehidupan budaya atau adat kita mengalami suatu degradasi bahkan punah dengan sendirinya. Kita hidup dalam zaman yang bergerak cepat tetapi kita tetap membangun apa yang menjadi kebiasaan kita.
Penulis adalah Mahasiswa Tambrauw, Kuliah di Yogyakarta Universitas Kaki Abu. Penulis juga sebagai seorang pemulung tinta di beberapa media.