Oleh : Sesilius Kegou)*
Masa liburan kini telah usai. Bagi Veronica Tekege tetap saja dirumah mengerjakan tugas karya penulisan ‘sastra’ Cerpen , esok hari pagi-pagi sekali Veronica Tekege, putri Mapia yang rantau ke Port Numbay sejak tiga tahun lalu itu akan mulai menduduki ke jenjang kuliahaan yang jelas beda sekali dengan bangku Sekolah Menengah Atas di SMA Gabungan Jayapura yang dulu pernah disinggahi oleh gadis mungil yang lucu dan ramah itu. Keombakan rambut terurai menjadi perhatian di mata lelaki yang ia jumpai semasa SMA di bibir pantai yang hiasi oleh para nelayan yang selalu berlabu dikala laksana senja.
Veronica adalah anak ke tiga dari enam bersaudara di sapa “Mabi”, ayah Veronica adalah seorang guru Sastra Inggris, gadis mungil itu ia yang lahir di sebuah kampung daerah Mapia yang kenal Kacang Tanah dan Jangkrik.
Sejak 3 tahun lalu ketika Veronica juara olimpiade SAINS di Singapore membuatsuatu kebanggaan bagi ayah dan bunda. Vero memutuskan agar iarantau lagi ke Jakarta. Walau seorang diri, ia tak ragu.
Pesawat Wings Air rentah lepas landas tujuan Ambon, kemudian ke Kota Mama batavia kini kenal dengan penuh bangunan kaca Jakarta. Kecerdasan Veronica tak ingin berhenti disitu saja. Destinasi danau Sentani tenang permai. Lembah Sunyi tersenyum lambai ilalang disana. Cucuran air mata berderai di angkasa bandar udara Sentani Jayapura, dengan penuh harapan Vero meninggalkan ayah dan bunda tersayang di ambang pintu Bandar Udara.
***
Jakarta terlihat ramai dua Minggu terakhir ini. Lampu-lampu kerucut berkrdip warna-warini. Sore hari di kamar terdengar perbincangan tentang Ospek. Vero setsukimi dengan temannya Merry yang baru saja selesai SMA Negeri 1 Nabire.
“Merry, bagaimana ini besok? Aku takut di Ospek!”
“Aduh Vero, tenang aja, kak Petrus kan mentor kamu nanti sayang. Kak Petrus kan kakak aku pasti saja dia tidak mungkin kejam-kejam begitu sama kita, kan kamu teman aku,” jelas Meery.
“Iya aku mengerti tapi tetap saja deg-degan begitu” Jawab Vero tersenyum dan membayangi tentang Petrus.
“Makanya kamu tenang dong, jangan deg-degan begitu.”
“Aham, Maa mana hee. Hawegai kooo. Ahk…”
“Mulai degangan logat yang halus, logat Mapia kebawa-bawa” Sindir Verro.
“Maaf ya, haha. Namanya kebiasaan menggunakan bahasa Mapia. Iya, iya aku tenang mendengarmu,” Jawab Merry, gadis Oksibil Peranakan Mapia itu, Mamaya Dogomo dari Abaimaida.
“Hahaha iya aku tidak marah, eh sudah dulu ya aku dipanggil mama aku. Mabiwau” Akhir kata dari Veronica.
“Ya, ya dimatikan telephonenya” Kata Veronica sambil menutup telephone.
Lalu Vero pergi mengemas-gemas barang yang diperlukan untuk esok hari. Vero adalah gadis cerdik, pintar lagi pula ia anak disayangi orang tuanya.
seusai mempersiapkan peralatannya pergi tidur.
Lemas. Pagi hari.
“Nona, Nona Vero bangun, sudah pagi, Nona kan harus berangkat Ospek,” sapaan pagi dari adik Ina.
“Iya de, aku sudah bangun, malah sudah mandi” Jawab Vero sambil senyuman tipis dibibir livstic merah yang mencoba tersenyum disana.
“Tumben si Kk sudah beres. Sekarang kk ditunggu ayah dimeja makan, ya Non!” Seru Ina. adik yang masih duduk di bangku SMA.
“Iya De, terimakasih ya.”
Ketika telah selesai sarapan ‘jagung susu’ ia bergegas berangkat ke kampus. 07:00 WIB ratusan Mahasiswa Baru genakan Putih ‘baju’ hitam celana/rok’ seperti lautan di halaman kampus Universitas Indonesia.
Dikampus ramai Mahasiswa baru (MABA), Mahasiswa dari bali juga ada, Papua juga berkelompok sendiri, juga dari Nusa Tenggara Timur, ada juga dari kalimantan dan Sulawesi. Kampus Universitas Indonesia Penuh dengan Lautan manusia membuat sedikit gementardi lingkungan baru.
Lelaki tampan menghampri Vero.
“Hai, nama kamu siapa?” tanya seorang laki-laki misterius yang sama-sama diospek.
“Nama aku Vero” Jawab Vero singkat.
“Aku pikir kamu itu orang luar negeri ternyata orang Indonesia juga ya,” Cetus cowo yang berpakaian rapi dan manis ini.
“Aku asli Papua cuma aku sering bermain dengan orang Africa ketika bangku SMA, makanya aku belajar dan hafal berbahasa Inggris,” Sahut Veronica sambil menggaruk-garuk kepala yang sebenarnya Ia sendiripun tidak merasa gatal.
“Oh, maaf ya. Aku salah nebak,” jelas cowok ini sambil tersipu malu.
“Oh iya, nama ku Petrus Magai orang Piyaiye asli,” sambung Petrus sambil mengajukan tangannya.
“Iya salam kenal,” balas Veronica sambil menunduk kepala dan tidak menjawab tangan Petrus.
Ospekpun dimulai dan pada awalnya Veronica merasa sangat deg-degan karena ini hari pertamanya menginjak bangku kuliahan.
Tapi diakhir Ospeknya ini Veronica merasa sangat tenang dan sangat gembira karena ada seorang cowok yang lucu, ia selalu menemaninya yaitu Petrus Magai.
Saat itu juga Veronica dan Petrus saling menyukai, dari awal perkenalan yang singkat yang membuat mereka saling jatuh hati.
Tapi ternyata tak disangka ada seorang cewe yang iri hati karena dia merasa derajatnya jauh dibawah Vero dan cewe itupun ternyata menyukai Petrus tanpa sepengetahuan Veronica.
Ospek telah berlangsung selama seminggu tanpa ragu dan malu.
Ketika si cewe iri hati ini adalah Elisabet ‘Enggo Sentani’. Elisabeth mengetahui kalau Petrus dan Vero ini dekat Elisabet berniat tinggi untuk membuat Vero pun benci dengan Petrus.
“Ita, temeni aku, ayo! ke kantin. perut aku sakit. Aku tidak kuat kalau jalan sendiri, kayanya maag aku kambuh lagi,” melas Vero.
“Emangnya tidak ada temen lain ya? Aku sudah ada janji soalnya,” Tanya Ita. Ita teman baru saja kenal.
“Tidak ada, aku tak ada temen,” Jawab Veronica sambil memasang wajah memalas.
“Aduh, duh sakit ni. Masa kamu tega biarkan aku sendirian?” Sambung Ita sambil tersenyum licik.
“Ya sudah deh” Jawab Vero.
Sesampainya di kantin tak sengaja Elisabeth yang sedang mencari Petrus.
Disana Petrus dan Elisabeth berduaan.
Sontak seketika itu juga. Vero pun pergi dari tempat itu. Dan dari kejadian itu pula Veronica tidak mau lagi bertemu bahkan menjawab serta membalas telephone atau pesan singkat dari Petrus.
Setelah beberapa bulan, Vero pun sadar kedekatan Petrus dengan Elisabeth yang hanya sebatas teman itulah yang membuat cewe mungil ini tak mau berhubungan dengannya lagi.
Akhirnya Petrus pun mempunyai ide agar Veronica tidak marah lagi dengannya.
“Mabiwau, maaf ya kalau aku ada salah. Aku punya permintaan terakhir terserah kamu mau marah juga tidak apa-apa asal kamu bisa kabulkan permintaanku ini, aku cuma mau kamu datang ke halte dekat kampus aja nanti malam, tepat pukul 19:00 WIB, suasana malam aku ingat Mapia. Terimaakasih ya sebelumnya” Pesan singkat dari Randy.
Dalam hati Vero mengomel, “Apa ini, tiba-tiba begini ajak ketemu” “Tapi ya sudah aku datang saja nanti,” sambung Vero.
Malampun tiba
Celana Levis biru badannya, baju hitam tertulis I Love Papua genakan, rambut berkeping satu, livric merah mengoles bibir, gosok bedak di pipi lesungnya. Terlihat cantik belia kesederhanaan istimewa.
Vero datang tepat waktu, tepat arah jarum jam menunjukkan pukul 19:00 WIB. Tapi tidak ada langkah kaki seorangpun yang terdengar. Lalu, waktu menunjukkan pukul 20:00 WIB, Petrus yang ditunggupun tetap tak kunjung datang hanya ada beberapaMahasiswa lain yang lewat. Dan Vero tetap setia menunggu kedatangan Petrus.
Sekarang waktu telah menunjukkan pukul 21:00. Petrus tak kunjung datang. Telfon tak jawabnya.Air mata Vero perlahan mulai menetes. Rasanya dipermainkan oleh Petrus.
“Ah, Kk sengaja kerjain aku. Petrus jahat” Suara tangisan Vero dalam hatinya.
“Kok aku jahat?” Suara seseorang bernada terengah-engah.
Namun hanya tangis Vero yang sekarang ini terdengar.
“Kamu nangis? Maafkan aku ya. Ini aku punya kotak hadiah yang akan memberikan senyuman di wajah kamu, oh iya ini sama bunga untuk kamu juga” Jelas Petrus sambil tersenyum manis dari belakang.
“Kemaring-kemaring ini aku bukan sibuk atau ada hubungan yang special dengan Elisabeth tapi aku hanya kasihan dengan dia karena akhir-akhir ini Orang tuanya dipanggil Tuhan,” Sambung Petrus yang terhenti karena hadiah pemberiannya di buang dipinggir jalan oleh Vero.
“Aku tak butuh ini, kamu tak usah bohong lagi. Aku tak suka cowok pembohong. Jauhkan aku sekarang juga!” Tegas Vero bernada marah.
Namun Petrus hanya terdiam dan tersenyum. Lalu Petrus bergegas mengambil hadiah yang di buang oleh Gadis mungil nan istimewa kesederhanaan ini.
Ketika Petrus sudah menggengam kotak dan bunga itu, Petrus Magai tetap berada ditenggah jalan sambil membersihkan kotak dan bunga yang kotor itu karena terjatuh di aspal jalan.
Tanpa Petrus sadari ada sebuah mobil yang melaju dengan kencang, sang supir mobil itu tak dapat mengerem kendaraan yang Iastil, karena laju mobil Kijang tersebut sudah terlanjur kencang dan jarak Petrus dengan mobilpun sudah dekat.
“Pet, awas ada mobil menabrakmu!”
Ketabrakan itupun tak terhelatkan lagi. Veronica yang melihat kejadian itu sontak menangis dan menghampiri Petrus. Gementar tubuhnya.
“Kk, maafkan aku. Kk sadar, aku mohon sadar. Untuk aku, kali ini saja. Aku mencintaimu. Aku mohon! Petrus, aku mohon. Jika memang kamu mencintai aku bukalah matamu untukku!” ujar Vero sambil menangis.
Air mata deraian membumi.
“I..ii iya, aku sadar,” kata Petrus seleh sadar kemudiannya.
“Maafkan aku ya, aku Mabi, apa yang terjadi.”
“Kamu ketabrakan tadi.”
“Mabi, tak ada hubungan apa-apa sama Elisabeth,” Jelas Petrus sambil tetap mempertahankan bunga dan kotak yang ada di genggamannya dan tetap tersenyum.
“ini disimpan ya, aku sayang kamu Vero,” sambung Petrus sebagai ucapan terakhir darinya.
Lalu Petrus menutup matanya untuk selamanya.
“Pet, Pet, Petrus! Aku mohon jangan tinggalkan aku. Aku mohon Petku!”
“Tolong… Tolong Bantu saya bawa teman saya ke Rumah Sakit terdekat,” teriak Vero sambil melihat sekelilingnya.
Si penabrak Petrus itu sudah tak kelihatan lagi sekarang.
“Ayoo dik, saya bantu” Ucap seorang pria baik hati yang menolong Vero.
Sesampainya di Rumah Sakit.
“Siapa keluarga dari pasien tabrakan ini?” tanya seorang dokter yang menangani Petrus.
“Saya, saya kerabatnya. Bagaimana keadaannya dok? Pasti baik-baik sajakan?” sahut Vero yang kini gelisah.
“Maaf, sebaiknya anda harus tetap tenang dan sabar. Dia telah berpulang ke Bapa di Sorga. Tepatnya dari perjalanan menuju Rumah Sakit ini nyawanya sudah tiada lagi.” jawab dokter tersedih.
“Tidak mungkin!dok, tak mungkin. Kita baru saja berbincang-bincang lagi! Tidak mungkin secepat ini dok.” Seru Vero sambil melepas tangisan yang tak segan-segan ia tunjukan di depan halayat umum.
“Maaf, ini adalah jalan Tuhan, saya hanya manusia biasa. Saya tidak bisa banyak membantu” Ujar dokter.
“Amin” balas Vero lalu Ia jatuh seketika dari tempat Ia berpijak.
Banyak seperjuangan hadir mrnghibur Vero ketika acara pengiriman Mayat ke Papua di Bandar Udara Sukarno Hatta Jakarta.
“Hai, aku Jhon, sahabatnya Pet,” sapa Jhon tersenyum.
“Kamu yang waktu di Rumah Sakit itu ya?” Tanya Vero.
“Iya, bagaimana keadaanmu sekarang?”
“Baik, aku Vero. Senang bertemu denganmu. Terimakasih sudah banyak membantu,” kata Vero sambil menundukan kepalanya.
“Senang bertemu dengan mu juga, kamu tahu? Sebelum Petrus pergi, Petrus menceritakan banyak hal tentang mu kepadaku. Jujur, kamu adalah perempuan pertama yang disukai Petrus.
“Benar, aku yakin dia kk,” jawab Vero terlihat sedih.
“Ia, sejak SMA hingga kini Petrus tidak pernah menyukai perempuan manapun selain kamu. Oh iya ini kotak dan bunga dari Petrus maaf sudah layu bunganya soalnya sudah dari semalam” Ucap Jhon sambil memberikan kotak dan bunga.
“Terima kasih, masih ada bercak darah Petrus disini” Sambil mulai menitihkan air mata dan mulai membuka isi kotak.
“Coba kamu tekan boneka itu” Pinta Jhon.
“Aku mencintai mu vero, maaf jika aku sempat dan bahkan membuat mu bersedih dan meneteskan air mata karena kebodohan ku ini. Aku mohon maafkanlah aku yang bodoh ini! Dan aku sungguh-sungguh menyayangimu dan tak ingin kau terluka. I love you risyusetsukimi” Bunyi rekaman yang terselip di dalam boneka Teddy Bear kesukaan Risyu.
“Tahukan kamu? Petrus begitu menyayangimu. Dan Pet juga tidak ada hubungan apa-apa dengan Elis selain sebatas teman” Ucap Jhon.
“Bagaimana kamu tahu?” Tanya Vero sambil tersedu-sedu.
“Dia menceritakannya kepada ku. Tahu jugakah kamu kenapa ketika Petrus tertabrak Petrus tetap mempertahankan kotak dan bunga itu?” Tanya Jhon kepada Vero.
Veronica hanya terdiam.
“Sebelum kejadian ini, Petrus telah mendapatkan mimpi yang sama dengan kejadian ini. Dari kecil setiap mimpi Petrus selalu berubah jadi kenyataan. Petrus berpesan agar aku menjelaskan ini semua kepadamu, ketika petrus tertabrak, Petrus tidak ingin melepaskan genggamannya dari kotak itu karena Ia tidak ingin boneka yang berisi rekamannya itu pecah dan hancur. Petrus ingin agar kamu dapat mendengarkan rekaman yang sekarang ini menjadi kenang-kenangan darinya” Seru Jhon.
Sekarang hanya tangis Vero yang terdengar.
“Tugasku sudah selesai. Koha, aku pamit,” ujar Jhon sambil mencoba pergi dari Vero
Vero sangat teramat menyesal sekarang, Vero sadar bahwa ada seorang pria yang menyayanginya dengan setulus hati. Namun kini telah percuma karena semuanya telah sia-sia, Petrus juga telah tiada sekarang.
“Jhon, maaf. Kau datang membawa aku ke taman persedihan. Maaf, bolehkah kau jadi pengganti Petrus di hadapanku dalam hidupku?”
“Ia ade. Aku bersedia. Mari kita ukir kehidupan baru.”
“Lantas harus bagaimana diriku melupakannya? Setiap nadanya adalah suaranya dan setiap hempasan angin adalah detak jantungnya.”
Pesan Penulis:
Selama pasanganmu masih ada jagalah dan sayangilah dia sebaik-baiknya.
Jangan sampai kamu menyesal ketika pasangan mu sudah tiada.
Dan jangan biarkan pasangan mu tersakiti. Baik laki-laki yang memiliki perempuan yang kamu cintai, walaupun dia tak pantas untuk mu tapi kamu harus sadar bahwa hanyalah dia yang membuat kamu bisa bertahan setegar ini.
*Penulis adalah Cerpenis Muda Papua Alumnus UNTAG Semarang.