Gambaran Singkat Arti Kata “Lani” & “Bahasa Lani”

Dr. Zokrates Sofyan Yoman - Doc Kawttimur.id
Dr. Zokrates Sofyan Yoman - Doc Kawttimur.id

Oleh Dr. Socratez S.Yoman

Sebelum saya menjelaskan secara singkat suku Lani dan bahasa Lani, penulis perlu menyampaikan bahwa suku Lani yang menggunakan bahasa Lani adalah suku terbesar di Papua, yang hidup, tinggal/mendiami dan bermukim bertahun-tahun bagian Barat dari Lembah Balim. Wilayah yang didiami pemilik dan pengguna bahasa Lani meliputi: Piramit, Makki, Tiom, Kelila, Bokondini, Karubaga, Mamit, Kanggime, Mulia, Nduga, Kuyawagi, Sinak dan Ilaga.

  1. Arti kata “Lani”

Kata “Lani” mempunyai tiga pengertian atau tiga makna yang berbeda.

1.1. Kata Lani yang artinya “pergi atau diutus pergi”.

Kata Lani yang artinya “pergi atau diutus pergi” ini digunakan oleh suku yang bermukim di Lembah Parim yang lebih populer dengan nama Lembah Balim.

Lembah ini sesungguhnya lebih tepat Lembah Parim. Suku Mokoko artinya burung bangau. Agamua adalah nama tempat yg saat ini kota Wamena. Wamena mempunyai dua kata, yaitu “wam” artinya babi dan “ena” artinya piaraan, jadi Wamena artinya babi yang dipelihara dan selalu ikut tuanya kemana saja.

Suku Hubula menggambarkan keadaan tanah yang subur karena ada kompos dari luapan sungai Parim. Suku Hubula juga tidak terwakili semua suku dan sub suku di lembah Parim. Suku Hubula ialah penyebutan untuk warga yang hidup di sepanjang Daerah Aliran Sungai Parim.

Sementara yang di pinggiran Lembah/kaki gunung dan Pegunungan di sebut Sorimo. Tetapi dunia luar mengenal dengan sebutan Suku Hubula walau tidak mewakili semua suku yang bermukim di wilayah Lembah Parim.

Parim artinya sungai/air yang membelah lembah besar yang memisahkan Timur dan Barat. Kata Balim itu digunakan oleh orang luar yang sulit melafalkan atau menyebutkan kata Parim. Maka lebih populer dan dikenal secara luas sekarang dengan nama Lembah Balim. Tapi nama asli dan sebutan yang sebenarnya ialah Lembah Parim.

Kembali pada kata “Lani”. Kata “Lani” artinya pergi atau diutus pergi ini juga tidak terlepas dari kata “Kurima” yang artinya tempat perjumpaan dan perpisahan manusia pertama. Sedangkan kata Kurima itu terdiri dari dua kata, yaitu “Kur” artinya putih dan “ima” artinya air.

Suku yang hidup dan tinggal di wilayah Kurima menyebut nama Kurima artinya air putih. Tetapi bagi suku yang telah terpencar pergi ke Barat, yaitu: suku Lani, Moni, Mee menyebut Kurima itu tempat perjumpaan dan perpisahan manusia pertama. Dari sinilah terlihat jelas artinya kata Lani yaitu pergi atau diutus pergi.

1.2. Kata Lani juga memiliki arti seseorang yang hidup sendiri.

Bagian ini, kita tambah kata “Ap Lani” artinya setiap laki-laki yang selalu hidup menyendiri atau hidup sendiri dan yang berkebun sendiri, memasak sendiri dan mengurus diri sendiri disebut Ap Lani. Ap Lani biasanya tidak disukai dan dijauhi semua wanita. Ap Lani mengurus dirinya sendiri dan ia hidup tanpa isteri.

1.3. Kata “Lani” memiliki arti yang lebih dalam, yaitu Orang-orang Otonom, mandiri, independen dan berdaulat penuh.

Dalam buku: Kita Meminum Air Dari Sumur Kita Sendiri” (Yoman, 2010, hal. 92) penulis menjelaskan sebagai berikut:

Kata Lani itu artinya: ” orang-orang independen, orang-orang yang memiliki otonomi luas, orang-orang yang merdeka, yang tidak diatur oleh siapapun. Mereka adalah orang-orang yang selalu hidup dalam kesadaran tinggi bahwa mereka memiliki kehidupan, mereka mempunyai bahasa, mereka mempunyai sejarah, mereka mempunyai tanah, mereka mempunyai gunung, mereka mempunyai hutan, mereka mempunyai sungai, mereka mempunyai dusun yang jelas, mereka mempunyai garis keturunan yang jelas, mereka mempunyai kepercayaan yang jelas, mereka mempunyai kemampuan untuk mengatur, dan mengurus apa saja, mereka tidak pernah pindah-pindah tempat, mereka hidup tertib dan teratur, mereka mempunyai segala-galanya.”

Contoh: Orang Lani mampu dan sanggup membangun rumah (honai) dengan kualitas bahan bangunan yang baik dan bertahan lama untuk jangka waktu bertahun-tahun. Rumah/honai itu dibangun di tempat yang aman dan di atas tanah yang kuat. Sebelum membangun honai, lebih dulu dicermati dan diteliti oleh orang Lani ialah mereka melakukan studi dampak lingkungan. Itu sudah terbukti bahwa rumah-rumah orang-orang Lani di pegunungan jarang bahkan tidak pernah longsor dan tertimbun tanah.

Contoh lain ialah orang Lani membangun dan membuat pagar kebun dan honai/rumah dengan bahan-bahan bangunan yang berkualitas baik. Kayu dan tali biasanya bahan-bahan khusus yang kuat supaya pagar itu berdiri kokoh untuk melindungi rumah dan juga kebun.

Orang Lani juga berkebun secara teratur di tanah yang baik dan subur untuk menanam ubi-ubian dan sayur-sayuran.

Dr. George Junus Aditjondro mengakui: “…para petani di Lembah Baliem misalnya, memiliki budaya pertanian ubi-ubian yang tergolong paling canggih di dunia, hasil inovasi dan adaptasi selama 400 tahun tanpa bantuan sepotong logam” (Cahaya Bintang Kejora, 2000, hal. 50).

Suku Lani juga dengan kreatif menciptakan api. Suku Lani dengan cerdas dan inovatif membuat jembatan gantung permanen. Para wanita Lani juga dengan keahlian dan kepandaian membuat noken untuk membesarkan anak-anak dan juga mengisi bahan makanan dan kebutuhan lain.

Yang jelas dan pasti, suku Lani ialah bangsa yang bedaulat penuh dari turun-temurun dan tidak pernah diduduki dan diatur oleh suku lain. Tidak ada orang asing yang mengajarkan untuk melakukan dan mengerjakan yang sudah disebutkan tadi. Suku Lani adalah bangsa mempunyai kehidupan dan mempunyai segala-galanya.

Dari uraian singkat ini memberikan gambaran yang jelas bahwa pada prinsipnya orang Lani itu memiliki identitas yang jelas dan memelihara warisan leluhur dengan berkuasa dan berdaulat penuh sejak turun-temurun.

  1. Bahasa Lani

Saya tidak menjelaskan lebih detail tentang bahasa Lani karena saya bukan ahli bahasa. Walau demikian, saya ingin menyampaikan kepada para pembaca bahwa dalam bahasa Lani terdiri dari lima bentuk waktu. Dan dalam lima bentuk waktu itu digunakan bahasa bentuk tunggal dan jamak.

Contohnya sebagai berikut:

  1. Bentuk Tunggal

2.1. Bentuk lampau lama (waktu abad/tahun)

Yalinggawiya Wakur wagagerak:

YW sudah datang lama atau sudah lama datang.

2.2. Bentuk lampau dekat ( bulan/minggu/jam)

YW Wagarak: YW Sudah datang.

2.3. Bentuk lampau sangat dekat (lewat menit)

YW Waga: Baru saja datang/baru saja tiba.

2.4. Bentuk sedang berlangsung (sekarang)

YW Wage: sedang dalam perjalanan.

2.5. Bentuk akan datang

YW Weragin: YW akan datang

  1. Bentuk jamak sebagai berikut:

2.1. Yalinggawiya Wakur dan Kilunggawiya Weya wogogwarak (abad/tahun).

YW dan KW sudah lama datang.

2.2. YW dan KW muk wagarak (bulan/minggu).

YW dan KW sudah datang.

2.3. YW dan KW awo aret waga (jam/menit)

YW dan KW baru saja tiba.

2.4. YW dan KW awo wogwe ( sdg aktif).

YW dan KW sedang dalam perjalanan.

2.5. YW dan KW weragun (akan)

YW dan KW akan datang.

  1. Bahasa Lani Kaya Dengan Istilah

Contoh:

3.1. Pergi timba air. Artinya pergi petik tebu.

3.2. Kita pergi masak daun ubi. Artinya kita pergi potong/sembelih babi.

3.3. Kami tidur tanpa api. Artinya kami tidur kelaparan.

3.4. Pergi ambil kayu dikebun/ dibelakang rumah. Artinya potong pisang yang ada di kebun atau di belakang honai.

Masih banyak lagi.

  1. Bahasa Lani ada tingkatan dalam penggunaan dan pemanggilan nama orang.

Contoh:

4.1. Panggilan terhormat bagi orang berbadan tinggi ialah Owakelu. Owakelu ada dua kata: Owak dan Elu. Owak artinya tulang dan Elu artinya tinggi. Jadi tidak bisa disebut orang tulang tinggi.

4.2. Panggilan terhormat bagi orang badan besar ialah anugun nggok. Anugun artinya perut. Nggok artinya besar. Jadi bukan orang perut besar.

Masih banyak lain lagi.

  1. Bahasa Lani ada panggilan orang-orang terpandang dan pemimpin yang dihormati dan didengarkan.

5.1. Ndumma artinya pemimpin pembawa damai, pembawa kesejukan dan ketenangan, pelindung dan penjaga rakyat. Ndumma itu gelar tertinggi dan terhormat dalam suku Lani. Suara Ndumma tidak biasa dilawan oleh rakyat karena ada nilai-nilai kebenaran, keadilan, kasih, kedamaian dan pengharapan.

5.2. Ap Nagawan, Ap Wakangger, Ap Nggok, Ap Nggain, Ap Akumi Inogoba. Ini semua pangkat dan sebutan orang-orang besar dan pemimpin yang digunakan dalam bahasa Lani. Semua pemimpin ini suara dan perintahnya selalu dipatuhi dan dilaksanakan karena ada wibawa dalam kata-kata. Mereks semua pelindung dan penjaga rakyat.

Uraian singkat ini sebagai pengantar atau gambaran saja. Penulis meminta kepada seluruh untuk masukan, kritik, saran supaya kita sama-sama mempertajam, melengkapi dan penyempurnakan tulisan pengantar ini.

Harapan dan doa saya bahwa sudah saatnya kita sadar dan bangkit untuk menulis tentang siapa diri kita ini. Orang asing sudah banyak menulis dengan cara pandang mereka tentang kita untuk mereka mendapat gelar, polularitas, dan uang.

Kita harga karya mereka tapi sekarang sudah waktunya kita menulis. Salah satunya upaya penyelamatan bahwa yang sudah dirintis oleh anak muda Mis Kogoya yang telah berkontrubusi Kamus Bahasa Lani-Indonesia. Ini karya yang luar biasa. Motonya: “Saya Datang Dari Bangsa Lani Untuk Selamatkan Bangsa Lani.” Warisan Otonomi dan kedaulatan harus diselamatkan dan dipertahankan.

Bahasa ialah roh suatu bangsa. Bahasa ialah jatidiri sebuah bangsa. Bahasa ialah pencerminan sebuah bangsa. Bahasa membuat sebuah bangsa berharga . Bahasa membentuk suatu bangsa yang tertib.

Bahasa membuat bangsa itu tahu diri. Bahasa ialah kekuatan sebuah bangsa. Bahasa ialah untuk segala-galanya. Bahasa menjadi media atau alat komunikasi sangat esensial antar sesama manusia. Bahasa membuat peradaban sebuah bangsa, masyarakat dan keluarga.

Terima kasih.

Ita Wakhu Purom, 6 April 2019

 

Dr. Socratez S.Yoman adalah Presiden PGB West Papua. Yoman Penulis Produktif tinggal di Tanah Ppapua. Gemabala Umat Pembela Rakyat Tertindas. 

Berikan Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.