Kesombongan, mengapa engkau tak mati saja?
Telah terdengar jerit kesakitan dari duka hati nan cidera,
gelap yang kekal, relung hampa tanpa aksara.
Engkau kain tenun dan aku tetap darah.
Engkau siang dan aku hitam malam.
Pernahkah tersisa temu antara senja dan fajar?
Sebab waktu telah penat memberikan tanggal dan ruang.
Hari ini bukan mimpi, “Maka bangkitlah!” Telah kupunguti kembali jejak.
Telah kumaafkan dan telah tergulung masa lalu pada pintalan benang bagi helai selendang yang baru.
Atau masih perlu bersenandung tentang rindu?
Lagu kematian yang telah menggumpal pada sebongkah batu.
Pun air kali telah lama mengering pada kemarau tahun ini, tanpa pesan, tanpa basa basi.
Sudahlah, mari kita lupakan, waktu akan terus melesat ke depan,
menjawab setiap galau pertanyaan,
Kota Hujan, 23 Februari 2021