Ketakutan beku dan kekal bagaikan ajal.
‘Telah kulewati seluruh kecemasan hingga jawab penghabisan Tuan”,
kubenamkan bayang bayang jauh di kedalaman.
Waktu kini diam terjerembab pada dingin batu nisan, meregangkan jarak, hingga jauh tak terkatakan.
Salahkah kukatakan, “Tidak”. Ah, pengkhianat kiranya hanya satu wajah dengan abu abu topeng serupa.
Di meja perjamuan kemilau gelas kristal masih memantulkan dusta yang sama.
Pun wajah kawan dan lawan benar manis tak ada bedanya.
Biarkan segalanya bergulir seperti air yang menetes, karena gravitasi.
Seperti desau angin menggugurkan daun kering, membungkam seluler hingga diam, letih, mati ….
Kota Hujan, 21 Februari 2021
Berikan Komentar Anda