“Rindu yang sejati”

Pantai Holtecamp saat pagi hari -Doc.Pace Kosapa
Pantai Holtecamp saat pagi hari -Doc.Pace Kosapa

Oleh; Rindo R Tuasa

Semua berawal dari kebiasaan masyarakat desa pada massa itu.

Tepat di Tahun SEMBILAN PULUHAN, Massa di mana: Irianto Isak, menemukan jati dirinya, menemukan apa yang hendak di perjuangkan, sampai menambah Rindu yang tak Terbendung.

Kala itu konflik Papua Barat, bergejolak sehingga tembok pemisah kian melebar di antara Irianto Isak (laki laki asal Papua)” dan Iriani Sasia (perempuan asal Manado).

Sang putri tidur, di antara kegelapan malam, dan sang penginjil sejati, tertekuk lutut dengan doa dan harapan untuk bisa bertemu.

Konflik pecah, membuat perasaan menjadi , kekuatiran, jarak yang jauh, menjelma perasaan rindu semakin kuat dari sang Putri Tidur, sementara sang penginjil hasih berada di bumi kelahirannya melayani, menjalani tugas mulianya,sebagai seorang penginjil.

Bacaan Lainnya

Bayangkan?

Surat bertuliskan cinta dan kasi sayang 6 bulan sekali,sang Putri Tidur menerimanya, karna Papua yang kala itu masi sangat tertinggal, membuat pertemuan rindu pada selembar kertas putih, bermalam dengan situasi antara di terimah oleh sang penginjil atau tertahan di kantor pos.

Disaat balasan surat cinta dari sang putri tidur di uraikan?

Bersambung…….

Merauke 13 April 2021