Puisi curahan hati terhadap negri Tigi Benedic

Benedictus Tigi -Doc Pribadi
Benedictus Tigi -Doc Pribadi

AKULAH PUISI

 

Ada puisi jadi aku

Puisi dalam hati

Hati dalam puisi

Dicari-cari tak kena lari

Bacaan Lainnya

Tertanam dalam didih

Bukan sembunyi dibalik tirai

Jika puisi adalah aku

Aku adalah puisi…

 

Askam Waena; 20 Mei 2016

 

 

SAJAK PERINGATAN!!!

“Pena Jiwa”

 

Di hari ini

Setiap hati harus memahami

Bukan sekedar mengerti

Tentang pahitnya penindasan di negeri ini

Genjatan nurani tidak pantas dihadirkan

Oleh ragam kaum tirani

 

Bukan hanya dihari ini

Terucap kata dan niat

Juga aksi serta gerak

Tiap detik sang waktu berdetak

Ingatlah ribuan nyawa

Dan darah pun air mata

Telah terlukis di kanvas

Perjuangan bangsa ini

 

Hai kau yang masih diam

Hai kau yang selalu takut

Hai kau yang selalu enggan

Hai kau yang acuh tak acuh

Roboh kandinding-dinding tasa itu

Palingkan hatimu, langitkan suaramu

Sadarkan duni akita masih ditindas

 

Hai kau  yang tahu tapi berpura-pura

Hai kau  yang tahu tapi berkhianat

Tingkahmu sadis

Mencoreng mulianya hak-hak asasi

Merobek kodrad tiap insan yang merintih

Sadaralah. Kekejian dan piluh yang kau ciptakan

Dosa dan kutuk yang melekat padamu

Pikiran dan karyamu : meleceh kan hak-hak kaum kecil

Dan untuk segalah sikap

Juangmu, kau kami lawan

 

Sampaidihariini

Banyakjiwa yang pedulitak’kantenang

Banyakjiwa yang pekatak’kandiam

Tentangtragedinestapa yang dinestapakan

Dipanggungbumicendrawasihini

 

Kasihan cendrawasihku

Kemolekkanmu dibeli harga uang

Indah bulumudiincarpemburu

Gerak-gerikmu dipantau

Keindahan dan kekayaan habitatmu dikuras-kuras

Semuaitu demi penemuhan

Nafsu dekil para aristorak bernurani tumpul

 

Sayang rakyatku

Penjaga dan pewaris kekayaan ala mini

Kita diinjak telapak kaki penguasa

Kita di bungkam oleh genggaman kerasukan

Kepada siapa buah tangis dan harapan disampaikan?

 

Wahai kalian..

Para penduduk kursi pemerintahan

Para penduduk singsana hierarki keagamaan

Para pemangku kepentingan

Yang bertahkta diatas negeri ini

Lupakah kalian janji profesi, pengukuhan, pelantikan juga  tabisan kalian?

 

Kalian hadir untuk dan demi manusiadan seluruh Sang Khalik

Tugas dan panggilan muliamu di dunia

Jangan digelapkan oleh kegelapan harta.

 

Liriklah..

Segala hokum diatas negeri ini

Berat di BARAT- ringan di TIMUR

Tak pernah menjamin tuk hadirkan nilai-nilai kehidupan yang mulia

Kebahagiaan, kedemaian, pemeratan, kesejahteraan sukar menetas di negeri ini

 

Hak –hak dasar dalam hidup manusia:

Dicabut!!!

Dibuang!!!

Dilupakan!!!

 

Tak ada hadiah yang berarti  yang dapat dipersembahkan dihari peringatan HAM sedunia ini, tetapi pikiran, jiwa dan nurani yang gelisah atas penderitaan, penindasan, penganiayaan, pemerkosaan, pembunuhan dan segalah jeritannya yang dimiliki oleh insan-insan pejuang untuk kaum jelata yang terlupakan…

 

Hollandia, 18 Desember 2017

 

 

 

SANG PETUALANG

 

Dalamrinaihujandanterik

Kaki melenggangdan dada terpekik

Tanganmenggoreskantanda-tanda

Diderapikirdan rasa

 

Kau buru aku dengan cinta

Kemudian kau khianati

Tapi hatiku terus bercahaya

Sebab hidup harus berarti

 

O, aku berjalan di tanah yang kaya

Tapi miskin rakyatnya

Aku melihat tanda bahaya

Dari mulut yang berbisa..

 

 

Askam Waena; 10 Desember2016

 

TentangPenulis ; 

 

Tigi Benediktus adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Muhammadiyah Jayapura, Jurusan Jurnalistik.

 

@Ko’sapa

 

Berikan Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.