Cinta Tanah Air Sampai Mati
Yang mudah itu khayalan, bukan kenyataan
Yang manis itu mimpi, bukan realita
Yang menipu itu maya, bukan nyata
Yang indah itu cinta, bukan dusta
Tanah air, cinta sampai mati!
Dermaga Tua
Senja su pergi tadi. Hilang bersama jingganya. Rindu tu ada tadi. Tapi hilang. Malam tra ijinkan rindu ini tinggal abadi. Sedang sa disini, tra beranjak pergi. Menjerit dalam lubuk hati. Menyimpan seribu tanya dalam batin. Berkelana diantara misteri malam yang dikuasai drakula penjajah. Suara bangsa monyet kian serak. Sebab hari-hari tangisi kematian.
Trada sajak malam yang indah. Tapi yang tersisah dan tersisih masih melangkah. Rembulan dan jutaan bintang menuntun untuk bergegas pergi. Melangkah dalam kelamnya malam. Hingga bintang fajar menyambut mentari pagi. Karena tong yakin pagi tra pernah gagal bawa cahayanya.
Monyet Buronan,
Masih disini, dermaga tua!
Mekar Suram
Klu ada satu dua kuntum bunga mekar merona di setiap jalan penuh rawa payah, nikmatkanlah jiwa ragamu, sambil resapi bahwa hidup tra selamanya suram kawan!
Kukenang Sahabatku Mako
Manalah mungkin ku bendung setan pemberotakan pada suatu hari ketika sejuta kata dan air mata hanyut terbawa derasnya kali camp wolker.
Terbesit senyum pasrah dalam nikmatnya candu pemberontakan saat sebentar pagi pinang putaran perumnas tiga menemanimu pergi selamanya.
Kenangkan itu luka disini,
Kami obati dengan lawan,
Selalu sepanjang napas.
Untukmu Hengky Wanmang!
Gerilyawan sejati digerakan oleh rasa cinta pada negeri dan nasib masa depan bangsanya. Hati terbungkus kuat dengan pemahaman yang mendalam tentang penindasan dan pembebasan. Otak dan nurani revolusioner ditempatkan dalam medan revolusi. Wish Namola, Hengky Wanmang!
Bersambung…….