Mama Papua Berjualan Meski Situasi COVID 19

Mama-mama Papua saat sedang berjualan - Jubi.doc
Mama-mama Papua saat sedang berjualan - Jubi.doc

Mama, Tanpa Takut Corona-Virus, Kau Tetap Berjuang Dengan Berjualan

 

Mama…

Mentari membakar jagad…

Hujan membanjiri bumi…

Kau tetap tegar, tetap kuat,

Bacaan Lainnya

bahkan kau mampu menyembunyi letihmu.

 

Mama…

Sebelum mentari memecah sinar…

Sebelum kicauan burung membela jagad…

Kau tetap kokoh melangkah maju, memikul beban, melintas tapak menuju tempat aktivitas-mu.

 

Mama…

Walau tahun berganti…

Walau puluhan tahun itu berubah dan terlewati…

Kau masih sama tanpa berubah, mensyaratkan ekonomi tak pernah meningkat, juang mu masih tuk sesendok nasi.

 

Mama…

Saat waktu berlalu…

Usia mu makin senja…

Anak-anak mu menduduki jabatan bahkan jadi pengguna anggaran, ekonomi mu masih sama, kau masih tetap di tempat yang sama, bahkan lebih buruk karna persaingan makin membludak, kaum luar pun kian menguasai ekonomi…

Mungkin sesendok makan-mu pun kian berkurang.

 

Mama…

Saat kau masih di tempat yang sama…

Banyak janji manis dari anak-anak-mu àkan pemberdayaan dengan sampul Visi-Misi dan Program membanjiri telinga-mu, seakan ekonomi mu akan dibuat berubah, namun kau masih di tempat yang sama.

 

Mama…

Kini musim Corona-Virus…

Virus ini berbahaya dan mematikan jika imun tak kuat tuk bertahan, penyebarannya pun masif dan kilat…

Namun saat ku tengok, kau masih di tempat yang sama dan mengabaikan Virus, entah karena keberanian mu, ataukah karena situasi-mu yang menjepit-mu.

 

Mama…

Jika virus pun ķau tetap abai dan melangkah di tempat yang sama….

Seburuk itukah ekonomi mu…?

 

Mama…

Kami memiliki jutaan harta di negeri sorga Papua…

Bahkan dana bergulir begitu banyak, mengapa kau masih tetap di tempat yang sama…?

 

Mama…

Jika itu karna masa bodoh dan kelalaian anak-anak-mu yang masih berpikir duniawi tanpa mewujudkan pemberdayaan dan penyelamatan-mu…

Jika pintu hati anak-anak-mu masih tertutup dan masih membiarkan mu mengabaikan Virus dan masih di tempat yang sama….

Doakanlah agar pintu kasih dan cinta terbuka tuk bisa mengangkat mu dari keterpurukan.

 

Mama…

Dibalik tulusnya tatapan kasih mu…

Dibalik jarak yang memisah…

Saat hati tercabik melihat derita mu, hanya doa yang bisa ku sumbang tuk juang-mu, dan moga syair ini menembus rerung mereka tuk melihat pandang pada mu.

 

Moga tangisan hati anak-mu ini menjadi berkat dan sukacita tuk kebahagiaan-mu.

Mama, moga besok masih ada mentari kebahagiaan, biar aku dan diri-mu sujud bersyukur mengalunankan syair kebahagiaan.

 

 

2 April 2020

Marthen Goo, Penyair

 

 

Dunia-Ku Kau Rampas, Aku Kau Cekik

 

Tetes itu mengalir hingga tak henti…

Jiwa tercabik hingga sebutir hidup tak ku miliki lagi.

 

Aku kini hanya sebatang kara, negeri leluhurku lenyap tanpa jejak…

Aku tak lagi memiliki hak…

Kerap kali menonton pun tak diijinkan.

 

Aku hanya dalam penantian gulita…

Tak hanya dahaga haus memerontak tenggorokan…

Ikatan rantai mu mencekik esperesi hidup-ku, hingga menanti detik agar aku pun lenyap dari dunia hidup ku.

 

Aku tak ingin mati…

Aku tak ingin kau deritakan…

Aku tak ingin kau belenggukan tuk kau ambil dunia-ku, burung-ku, tanah-ku, pohon-ku, udara-ku…

Aku…aku…aku…, biarkan aku hidup dalam derita ku tuk 1000 tahun di negeri leluhur-ku.

 

Jika ada nurani-mu, bebaskan aku…

Biarkan aku bebas dari belenggu mu…

Biarkan aku bebas dari panjangnya penderitaan ini…

Biarkan aku bermain dengan cenderawasih ku….

Biarkan aku menari yospan-ku tuk memuliakan DIA yang masih tidur tanpa Mujizat tuk keselamatan ku.

 

 

Penyair:

Marthen Ramelau Goo

 

 

Aku mencintaimu

 

Aku mencintai mu,

bukan karna sempurna-nya tubuh-mu…

sadar-ku, tubuh kan kian menua,

mati dan sirna ditelan bumi.

.

Aku mencintai mu,

bukan karna elok dan indah-nya tubuh-mu…

bukan karna cantik-nya paras-mu…

karna tak ada yang abadi selagi masih di jagad ini.

.

Aku mencintai mu,

karna karakter-mu yang menyentuh hati-ku,

karna lugu-mu yang menenggelamkan asmara-ku…

karna tulus dan setia-mu yang mengikat hati-ku.

.

yang ku tahu,

karna cinta itu abadi di bumi dan Sorga…

dan aku pun mencintai mu di bumi dan di Sorga.

 

Penyair

Marthen Goo 

 

Berikan Komentar Anda

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.