Oleh: Desiana Kalakmabin*)
Kehidupan manusia di dunia ini tentu mempunya tradisi dan nilai adat tertentu di dalam masing-masing suku sebagai warisan mulia dan sakral untuk menjadikan landasan atau pedoman kehidupan manusia.
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dengan kemampuan akal budi manusia mampu menjaga dan mewariskan tradisi dan nilai-nilai kehidupan sebagai dasar moral, spiritual, sosial, dan budaya.
Di dalam komunitas suku-suku di Papua memiliki beragam tradisi yang diwariskan secara turun temurun baik bagi anak lelaki maupun perempuan. Terlebih pada suku Ngalum di Pegunungan Bintang memiliki warisan tradisi nenek moyang pada seorang anak perempuan sebagai bekal kehidupan.
Hal ini diperoleh dalam pendidikan khusus atau pendidikan Ap Sukam sebagai dasar pendidikan khusus untuk bekal kehidupan seorang anak perempuan yang akan menempuh masa remaja hingga membangun keluarga kelak.
Orang Ngalum meyakini bahwa semua warisan ini berasal dari Sang Pencipta (Atangki) sebagai prinsip, pedoman hidup dan tanggung jawab terhadap kehidupan anak (perempuan) di dunia.
Dengan demikian dalam tulisan ini saya akan mengulas terkait dengan warisan nilai adat khusus bagi perempuan (wanang Ngalum) dalam pendidikan Ap-Sukam sebagai bentuk pendidikan dasar untuk menempuh hidup yang lebih matang dan bertanggungjawab serta penyampaian informasi kepada generasi perempuan Aplim Apom sekarang dan yang akan datang agar menjadi pedoman untuk menjalani kehidupan terutama mendidik anak perempuan menurut pendidikan adat Ap-Sukam.
Pada umumnya dalam suku-suku di Papua terdapat rumah adat sebagai sebuah wadah dan pusat kehidupan religi, sosial, ekonomi, budya, adat istiadat, politik dan keamanan. Penyebutan yang popular ialah Honai bagi suku Huwula (Wamena). Namun penyebutan ini sangat umum.
Artinya bahwa rumah adat di Papua memiliki pembagian berdasarkan jenis kelamin. Ada rumah khusus laki-laki dan perempuan serta umum dan lain sebagainya. Rumah khusus laki-laki bagi suku Ngalum ialah Bokam IWol, sedangkan rumah khusus Perempuan ialah Ap Sukam. Manusia Aplim-Apom meyakini bahwa Bokam IWol dan Ap Sukam rumah diberikan oleh Atangki .
Sukam sebagai rumah khusus perempuan Ngalum secara harfiah dipilih dari dua kata yaitu suk artinya hiasan perempuan yang sering dikalungkan dileher (simbol perempuan
dewasa), kam artinya jahu. Jadi sukam sebagai rumah khusus perempuan yang jahu dari aip (rumah keluarga) (Sitokdana, Melkior, 2017: 2). Ap-Sukam sebagai tempat sakral (tempat khusus) bagi perempuan Ngalum (Wanang Ngalum) ketika mendapatkan menstruasi atau dalam bahasa Ngalum Ap Dikip dan bersalin.
Rumah ini berupa rumah kecil yang terletak agak jahu dari lingkungan perkampungan sekitar 20 meter. Di dalamnya terdapat ruangan seperti rumah keluarga tetapi lebih kecil dan sederhana. Ketika perempuan masuk ke rumah ini untuk menjalani masa menstruasi ia akan tinggal selama 3-4 hari.
Sedangkan untuk melahirkan tinggal selama 2 minggu dan kebutuhan hidupnya dipenuhi oleh para perempuan atau ibu (Sitokdana, Melkior, 2017:61). Sebelum orang Ngalum mengenal peradaban modern, Ap Sukam sebagai tempat pendidikan dasar bagi perempuan Ngalum untuk mentransformasikan nilai dan nasehat kehidupan sebagai perempuan yang dewasa, nilai-nilai etika dan moral, spiritual, bertanggung jawab, dan kelak mampu mengatur kehidupan rumah tangga secara baik dan benar.
Transformasi Ap-Sukam Masa Kini
Ap-Sukam merupakan sebuah rumah sakral bagi perempuan Ngalum yang diwariskan menurut nilai adat untuk membentuk pola pikir mengenai prinsip dan nilai seorang perempuan dari masa lalu sampai masa kini.
Perempuan Ngalum masa lampau yang menerjemakan nilai-nilai kehidupannya Ap-Sukam artinya rumah khusus untuk perempuan ketika seorang perempuan mendapatkan menstruasi (apdikip) dan mau melahirkan ia harus ditempatkan di tempat yang sudah di khususkan.
Dalam menjalani masa menstruasi paling lama sekitar 3-4 hari, selama perempuan tersebut di dalam tempat yang sudah di khususkan, semua aktivitas harian yang sebelumnya ia lakukan tidak bisa lakukan selama di Ap-sukam (tempat khusus) yang dia tempati.
Segala kebutuhan yang ia butuhkan selama dia di Ap- sukam seperti makanan, minuman dan kayu bakar kemudian semua hal yang ia butuhkan akan di fasilitasi oleh perempuan atau ibunya. Selama perempuan Ngalum berada di Ap Sukam pakaian adat perempuan yakni cawat (unom) sebab dalam menjalani menstruasi pakaian akan menjadi sangat sakral untuk di sentuh oleh siapapun kecuali sesama perempuan Ngalum yang sebelumnya sudah pernah menstruasi ia akan di memfasilitasi ketika hari terakhir sebelum dia meninggalkan Ap-sukam sebelum mencapi 3 atau 4 hari yang sudah menjadi kebiasaan atau tradisi dari turun-temurun.
Nilai-nilai kehidupan inilah yang selalu dilakukan oleh perempuan Aplim Apom ketika datang bulan sesuai prinsip dan nilai adat yang diwariskan oleh moyang perempuan Ngalum.
Pada perkembangan modern ini telah bergeser jauh dan bahkan sangat krisis karena pada umumnya pendidikan dasar bagi perempuan Ngalum tidak dilakukan dalam Ap Sukam . Kini lebih memilih di rumah keluarga sehingga nilai kesakralan, etika, etiket, spiritual dan terlebih tanggung jawab sebagai perempuan tidak terlihat. Semuanya menjadi hal biasa atau sembarang (salmin).
Hal ini menyebabkan martabat perempuan kadang kurang dihargai karena tidak tampil sebagai perempuan yang siap bertanggung jawab membangun kehidupan yang baru. Banyak perempuan yang kawin dan lepas atau kumpul kebo, tidak menjaga tubuh sebagai bagian sakral, dan ironisnya pendidikan Ap Sukam sebagai primitif atau terbelakang. Sehingga kini kehidupan perempuan Ngalum zaman sekarang lebih dominan memilih dan mengikuti perkembangan zaman layaknya perempuan barat. Pada hal perempuan Ngalum dalam proses pendidikan Ap-sukam masa kini tentu menjadi hal fundamental yang harus dilestarikan, dijaga dan dilakukan ketika anak memasuki usia remaja.
Hal ini tentu menjadi ancaman bagi perempuan Ngalum sebab ancaman kepunahan ini hal yang krusial sehingga di luar aturan dan prinsip nilai bagi perempuan Ngalum yang sudah diwariskan tentu kehidupanya akan kehilangan arah yang sebenarnya dalam menjalani kehiduapan.
Ap Sukam harus dijadikan sebagai tempat di mana perempuan mendapatkan pendidikan khusus wanita selain difungsikan sebagai datang bulan (apdikip) ataupun melahirkan serta bekal masa depannya. Lebih umum bahwa Ap Sukam bagi perempuan Ngalum dianggap sebagai tempat awal mula suatu kehidupan manusia berasal (melahirkan) sehinggga dianggap sebagai suatu hal yang sakral itupun juga bersangkutan dengan segala tantangan yang diberikan kepada perempuan karena semua itu berasal dari perempuan maka menjadi sakral. Jika semua menjadi tempat umum maka akan membawa mala petaka.
Tapi dengan seiring berjalanya waktu sampai saat ini perempuan Ngalum masa kini tidak menjadikan Ap Sukam sebagian tempat sentral pendidikan dasar. Sehingga ironisnya perlahan telah bergeser dan hilang.
Dengan melihat tradisi dan nilai Ap Sukam sebagai dasar pendidikan bagi perempuan Ngalum maka harus dijaga, dilestarikan dan dilakukan sebagai wadah mempersiapkan perempuan Ngalum yang bertanggung jawab membangun hidup baru, mengangkat harkat dan martabat perempuan, menjaga nilai kesakralan dan tempat pembelajaran nilai moral, etika, spiritual dan sosial.
Dengan demikian kita menjaga warisan luhur nenek moyang di era globalisasi ini sebagai tempat mencetak perempuan-perempuan Ngalum yang bermoral, bersosial dan memiliki harga diri. Dengan melihat persoalan ini, mari kita bersatu menggali kembali nilai-nilai kehidupan terlebih kepada perempuan (wanang) Aplim Apom melalui adat istiadat yang diwariskan oleh leluhur kita sebagai pedoman hidup dalam kehidupan kita kelak.
Referensi:
Sitokdana, Melkior, 2017. Mengenal Budaya Suku Ngalum Ok. Salatiga: Satya Wacana Press