Tanah Air Kota
Pada sagu kami selalu menyahut
Sahut-menyahut menjadi bersatu
Suarakan tanah dan air yang kian diseruduk
Di atas sawit kami terus menjerit
Kebun kami terhimpit jadi sempit
Tapi mereka terus berkelit
Dahi kami lalu mengernyit
Kepada siapa kami berkeluh
Kalau tuan terus berkelit?
Kepada siapa kami bertanya
Kala paduka menghamba dana?
Kali kami berkeruh sudah
Batin kami mengeluh, lelah sudah
Di kali berbuaya kami tambatkan harapan
Akan bahaya di ujung cerita
Rimba kami tak lagi hijau
Tanah kami tak lagi berhumus
Kalau kami protes melulu
Pedang angkuh terhunus sudah!
Mereka lupa pada sabda Sang Sabda, “sarungkanlah pedangmu!”
Ke kota kami kontrak rumah beratap seng
Sedangkan atap rumah kami tinggallah langit
Daun-daun tak lagi jadi rumah teduh
Mereka gugur di kala muda, tanpa uzur, Aduh rapuh!
Desa kami menjelma jadi kota
Jadi tanah air kota
#KopikataAGUstus, 2021
Timoteus Rosario Marten