Jayapura, Kosapa – Kini aku berada di dalam kabin Qatar Airways, Airabus A380, pesawat seharga 289 juta dollar, maskapai penerbangan Qatar dalam perjalanan ke Bordeaux, Perancis untuk memulai study gender S2.
Beragam perasaan berkecamuk seolah tanpa ujung ketika mesin pesawat mulai berdengung untuk memulai penerbangan panjang, transit di Bandara Doha, Qatar kemudian menuju Charles de Gaulle Airport selama kurang lebih setengah hari, menuju benua tempat dongeng Putri Salju berasal.
Sepuluh tahun lalu saat masih gadis belia di tanah berlumpur Asmat –Papua aku tak pernah membayangkan untuk sampai pada hari ini. Hidup selalu berselubung kabut misteri, setelah melalui malam panjang berlumuran hitam tinta sampai kiranya pada fajar benderang dengan cahaya emas sang surya.
Sekilas aku menatap ke deretan kursi penumpang, rata-rata adalah orang-orang berkulit putih atau sawo matang. Hanya beberapa berkulit hitam serta berambut ikal, aku sempat bertatapan dengan seorang ibu dengan penampilan sama, kulit yang teramat legam. Mungkin orang Afrika, kami sempat tersenyum menyatakan kebersamaan dan persamaan.
Ketika pramugari yang ayu dan santun menawarkan gula-gula di atas piring yang indah aku memungutnya dua butir. Penerbangan selalu diawali dengan mengulum gula-gula. Kemudian pesawat raksasa ini bergerak menempatkan diri di ujung landasan pacu, di atas langit sama birunya dengan laut.
Kali ini penerbanganku yang kedua ke luar negeri, setelah satu semester di Lemonosov Moscow State University untuk penulisan skripsi. Tanpa sadar rasa gentar menyergap, aku akan menetap untuk jangka waktu yang cukup panjang pada suatu tempat yang sama sekali baru dengan kebiasaan serta adat isti adat yang berbeda pula.
Aku akan menjadi bagian kecil di dalamnya, aku tak pernah tahu –tak seorangpun akan tahu apa yang akan terjadi pada hari-hari mendatang, bahkan satu jam setelah pesawat ini mengudara. Akan tetapi, aku berkesungguhan untuk melaluinya.
Ketika dengan kekuatan pasti pesawat mulai menukik tanpa sadar sepasang mataku terpejam dan berembun. Wajah mama kembali terbayang, seorang perempuan bersahaja yang berpulang menuju keabadian sebelum aku sempat beranjak dewasa.
Andai mama bisa mengantar pada perjalanan panjang hari ini, tetapi takdir hidup menghendaki berbeda. Aku seorang diri dengan kenangan tak pernah pudar akan kehadiran mama, tanpa nasehat serta kasih sayangnya, akankah aku memiliki kesempatan yang sangat baik memenangkan bea siswa Kedutaan Perancis, menyelesaikan berkas-berkas, surat rekomendasi, peluang pada sebuah universitas di Bordeaux kemudian duduk pada lambung Airbus?
Udara dingin di dalam kabin seakan menyedotku ke masa lalu, suatu kurun waktu yang cukup panjang dengan asam garam serta pahit getir yang harus kutelan tanpa kenal ampun. Aku tak harus menyesali segala yang pernah terjadi, ingatan akan terus mengenang sejauh apapun kaki melangkah untuk mencapai cita-cita –menggambar bintang.
Adakah engkau ingin mendengar ceritaku?
No WA Penerbit: 089526500727