Menemukan Wajah Kristus Dalam Budaya Mee

Dr. Neles Tebay, Pr. Foto; dok. STFT

Oleh; Dr. Neles Tebay, Pr )*

Pengantar

Tema ini membawa 2 persoalan teologis yaitu: metodelogi dan isi. Persoalan metodelogi mempertanyakan proses sehingga memunculkan sejumlah pertanyaan teologis. Apakah Kristus hadir dan memperlihatkan wajahnya? Apakah wajah Yesus muncul dalam budaya-budaya lokal?

Isinya bagaimana kita ditantang untuk menemukan wajah Kristus dalam budaya papua. Apa wajah Yesus sudah ditemukan dalam budaya-budaya lokal Papua? Usaha untuk menemukan wajah Yesus dalam budaya Papua itu merupakan kerja bersama sebagai satu kelompok. Kalau metodelogi itu salah maka Yesus itu dianggap sebagai setan.
Ada 250-an suku di Tanah Papua dan pembahasan lebih difokuskan pada budaya Mee. Karena penulisnya adalah orang Mee dan lebih mengetahui kebudayaan suku Mee serta pernah bergelut tentang misiologi.

Defenisi Kebudayaan
Kebudayaan Papua diambil sebagai locus dimana wajah Kristus mau ditemukan. Ada banyak defenisi yang boleh kita temukan mengenai arti dari kebudayaan. Tetapi disini lebih difokuskan dari arti menurut Gaudium et Spes (GS 53). Disini Gereja melihat defenisi mengenai arti kebudayaan secara holistik.

Kebudayaan dimengerti sebagai segala sesuatu dengannya manusia mengasuh dan mengembangkan pelbagai bakat rohani dan jasmaninya, berupaya menguasai bumi dengan pengetahuan dan karyanya, lebih memanusiakan kehidupan sosial dengan memajukan adat istiadat dan lembaga-lembaga. Mengungkapkan pengalaman-pengalaman rohani dan aspirasi-aspirasi sepanjang sejarah. Berusaha mengkomunikasikan dan memeliharanya sebagai inspirasi bagi kemajuan banyak orang.

Bacaan Lainnya

Faktor iman
Kristus tidak menyembunyikan diriNya dalam budaya suku Mee. Kristus sendiri hadir di suatu tempat, maka kehadiran-nya dapat dikenal oleh manusia karena Iman akan Kristus tentu menyatakan diriNya. Orang yang beriman mempunyai modal dalam menemukan wajah Yesus. Kalau Yesus hadir dalam suku Mee, maka ia akan berkomunikasi dengan bahasa Mee dan hadir dalam budaya Mee, sehingga orang Mee bisa merasakan kehadiranNya. Dalam faktor ini juga ditekankan bahwa orang yang mencari Yesus harus mempunyai iman akan Yesus.

Allah hadir dalam Kebudayaan
Dalam konteks budaya Mee, Alah hadir dan membimbing orang Mee dalam perjalanan hidup mereka. Karena Allah hadir dalam budaya Mee maka orang Mee menghadirkan wajah Allah dalam budaya Mee. Hal ini merupakan indikator bahwa Allah sudah hadir dalam budaya Mee. Barometer yang menghadirkan Allah dalam budaya Mee itu telah terdapat dalam dokumen Konsili Vatikan II yaitu DV no. 7. Di sini Israel hadir sebagai contoh bagaimana Allah hadir dalam dunia. Kitab Suci Perjanjian Baru mewartakan bagaimana Allah menghadirkan Yesus secara penuh. Karena Yesus menghadirkan Allah maka diriNya menjadi barometer dalam menghadirkan Allah. Hal ini juga mau menunjukkan bahwa sesungguhnya Yesus juga sebelumnya telah ada sebelum misionaris datang. Di sini juga mau ditekankan bahwa Allah tidak pernah diimpor. Misionaris tidak membawa Allah ke tanah Papua, tetapi menghadirkan Allah ke tanah Papua.

Orang Mee sendiri menyebut Allah sebagai Wadomee (orang yang di atas), Poyamee (orang yang bercahaya putih), Ugatame (orang yang menciptakan segala sesuatu) dan Iniitai (Bapak Kami). Dijelskan bahwa nama-nama tersebut sudah ada sebelum agama Kristen diperkenalkan kepada orang Mee.

Kristus Sebagai Kriteria
Selain itu pula, kita dapat menemukan Yesus dalam sabda Allah. Sabda Allah yang mereka wartakan membawa terang dan perspektif baru bagi mereka. Iman yang diwartakan para misionaris itulah yang menghadirkan Allah. Orang yang menghadirkan Yesus dalam bahasa Mee akan memunculkan teologis kontekstual. Maka, doa dan himne menjadi media bagi mereka.

Jawaban atas ini menghadirkan definisi tentang Yesus tetapi peranan Yesus sebagai juru selamat. Hal inilah yang menjadi refleksi terdalam bagi mereka. Dan menciptakan atribut pada Yesus yaitu: mahadasyat, mahabesar, sang kakak, dan lain-lain. Edwar menjelaskan bahwa hanya orang yang berimanlah yang bisa memberikan gelar pada Yesus; dan hal ini hanya didasarkan pada pengalaman hidup.

Wajah Kristus dalam Budaya Mee
Menurut kepercayaan orang Mee, dikatakan bahwa ternyata Allah sudah hadir dalam sejarah suku Mee. Hal itu nampak dalam hal bagaimana adanya berbagai peristiwa yang menyatakan intervensi Allah yang menyelamatkan. Allah yang membimbing mereka dan mengkomunikasikan diriNya dalam kebudayaan Mee.

Iman mereka akan Allah itu diungkapkan dalam Mee mana dengan menggunakan doa dan Wany (hymne) sebagai media komunikasi iman. Mereka merefleksikan karya-karya keselamatan yang dikerjakan Allah dalam kebudayaan orang Mee, dan mempelajari Yesus yang diwartakan oleh Gereja, orang mee katolik mengakui Yesus antara lain sebagai Iniuwaibo.Gealr ini diambil dari kebudayaan orang mee sendiri.Gelar Iniuwaibo berasal dari tiga kata bahasa mee. Ini berarti kita; wauwa berarti kakak; dan ibo berarti sejati, agung, atau luhur. Dalam budaya mee, makna ibo bisa diseterakan dengan kata Sang. Maka Yesus Iniuwaibo berarti mengimani Dia sebagai Sang kakak.Yesus diimani sebagai satu-satunya Kakak sejati dari kita umat manusia. Pemberian gelar ini menurut Edward, merupakan pengungkapan iman. Hanya orang berimanlah yang bisa memberikan gelar seperti itu kepada Yesus berdasarkan pengalaman iman. Yesus sebagai Iniuwaibo hanyalah salah satu wajah Kristus dalam kebudayaan mee.

Demikianlah wajah Yesus dalam budaya Mee. Kehadiran Allah dalam suku Mee itu hanya sebuah contoh dari adanya Yesus dalam budaya lain.

)* Ketua STFT Fajar Timur

Berikan Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.