Musafir dan Kritikus : Game of Life (Part VII)
Oleh : Chirido Dogopia
Tepukan tangan dan sorak-sorai terdengar. Dua kesebelasan memasuki lapangan hijau. Pertandingan babak kedua akan segera dilanjutkan.
“Siapakah yang akan menang …?” Tanya Sang Musafir
Sang Kritikus
“Kita dapat berasumsi di dalam pikiran, berdasarkan persepsi dan analisa, Lapangan yang akan Menentukan, Siapa yang akan Menang”
Sambil melototi Sang Musafir, Kritikus kembali berujar:
“Bukankah Kemenangan Belum Dapat Dipastikan”
“Ya, tepat sekali. Kepastian suatu asumsi haruslah terbukti dari kenyataan Inderawi. Lapangan Hijau “adalah” bentangan realitas”
Sang Kritikus Menghela nafas
“Semua merupakan satu kesatuan realitas. Mari kita saksikan pertandingan ini: Lihatlah Pemain, lihatlah Wasit, lihatlah Asisten Wasit, lihatlah Pelatih, lihatlah Manager”.
“Dan Jangan Lupa, Lihatlah para Penonton” sahut Kritikus …
…..,……
Bersambung
RB. UNIKAB
Bongkar, bongkar, bongkar
Musafir dan Kritikus : Game of Life (Part VIII)
Peluit Panjang Berbunyi. Pertandingan di mulai. Bola bundar mulai diacak-acak.
“Mari kita Saksikan !” Kata Sang Musafir
“Aku lebih suka Menyaksikan Para Penonton dari pada para pemain di lapangan hijau” sahut Kritikus
“Mengapa …?” Tanya Musafir
“Lihatlah, penonton. Mereka kadang lebih pintar dari pemain. Kritikan dan makian mereka lontarkan; pemain, pelatih, wasit, kawan dan lawan disemprot habis-habisan. Mereka kadang protes, kadang bersorak, mencemooh dan bahkan menghina. Mereka lebih pintar di luar lapangan hijau” Jelas Sang Kritikus.
“Bukankah, itu mereka lakukan demi kebaikan timnya …?”. Sahut Musafir
“Lihatlah, ketika lawan terjatuh, mereka bahkan mencemooh, sebaliknya ketika pemain tim dukungannya terjatuh, mereka lontarkan makian pada wasit dan pemain lawan. Sebaliknya juga demikian pada penonton kesebelasan lawan”. Ucap Sang Kritikus
“Itulah supporter … !” Kilah Musafir
“Tahukah Anda, betapa sulitnya menjadi pemain dari pada penonton ….?” Tanya sang Kritikus
Wasit meniup peluit, seorang pemain tergeletak di tanah sambil merintih kesakitan. Sementara petugas medis mengotongnya keluar lapangan hijau. Ada cemooh dari penonton lawan, kata mereka;
“tobat…tobat…tobat, keluar sana langsung UGD”
Teriakan terdengar di tribun timur
“Wasit, waaasiiiiit…kasih kartu merah itu”
“Mari Saksikan Drama ini” kata Musafir.
…..,……
Bersambung
RB. UNIKAB
Bongkar, bongkar, bongkar
Christianus Dogopia atau sering disapa Chridoisme menyelesaikan pendidikannya pada Kampus STFT Fajar Timur, Saat ini tinggal di Numbay