Fonologi Bahasa Mee

Suku Mee di Papua
Suku Mee di Papua. Foto; Philemon Keiya

Oleh; Dharmojo, Willy E. Mandowen, Simin Altbur, Supardi )*

Bahasa Ekagi, menurut Silzer (1991:48), termasuk dalam klasifikasi Papuan Trans-New Guinea Phylum. Phylum ini, merupakan bahasa-bahasa daerah yang terdaopat di Irian Jaya, yang memiliki kedudukan dan fungsi yang sama dengan bahasa-bahasa daerah lain di Indonesia. Oleh sebab itu, bahasa-bahasa tersebut patut mendapat prioritas dan perhatian yang sama dengan bahasa-bahasa daerah lain. Bahasa itu digunakan oleh kelompok suku bangsa yang menamakan diri “suku bangsa Mee”. Mee adalah sebutan dari suku lain terhadap suku itu. Secara geografis suku bangsa Mee menempati sentral dataran tinggi seputar Danau Wissel, pada ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut, Kabupaten Paniai, Irian Jaya. Atau lebih tepat lagi, lokasi penelitian ini berada di antara 135°,25 dan 137° BT hingga 3°,25-4°, 10 LS LS (Doble dalam George et.al., 1987:55). Sementara itu, diketahui bahwa jumlah penutur bahasa Mee lebih 100.000 orang (Boelars, 1986). Jumlah populasi ter~ebut menyebar di tujuh kecamatan, yaitu Paniai Timur, Paniai Barat, Agadide, Tinggi, Kamu, Mapia, dan Uwapa.

Bahasa daerah adalah bagian dari kebudayaan nasional yang harus dilestarikan dan dibina. Pelestarian dan pembinaan tersebut tidak mungkin dapat dilaksanakan jika tidak ada upaya sebelumnya untuk mendokumentasikan bahasa tersebut. Struktur bahasa Mee belum pernah didokumentasikan dan diteliti. Oleh karena itu, hingga saat ini belum dapat diketahui sttuktur bahasa tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut.
1) Bagaimana struktur dan karakteristik fonologi bahasa Mee?
2) Bagaimana struktur dan karakteristik morfologis bahasa Mee?
3) Bagaimana struktur dan karakteristik sintaksis bahasa Mee?

Bahasa Ekagi termasuk dalam kelompok bahasa Papua, Trans-NewGuinea Phylum, dan Wissel Lakes-Kamandoga Stock, serta masih termasuk dalam keluarga Mee-Wodani-Moni (Silzer, 1991 :48). Dalam penelitian ini digunakan beberapa acuan yang dikemukakan oleh berbagai ahli, antara lain 1) Samsuri (1985); 2) Parera (1983); 3) Lass (1991), dan 4) Pike (melalui Purba, 1993). Teori-teori tersebut dipergunakan sebagai acuan untuk menentukan fonem beserta alofonnya, pola suku kata, serta ortografi BE. Teori-teori yang terdapat dalam acuan sumber itu juga digunakan sebagai tuntunan dalam penganalisisan data secara keseluruhan.

)* Tim Peneliti

Silahkan download bukunya di kemdikbud.go.id

Bacaan Lainnya

Pos terkait