Musafir dan Kritikus : Games of Life (Part IX & X )

Ilustrasi foto oleh Belandina Yeimo - Dok. Sastra Papua
Ilustrasi foto oleh Belandina Yeimo - Dok. Sastra Papua

Musafir dan Kritikus : Game of Life (Part IX)

Oleh : Chirido Dogopia

1001 macam nama binatang keluar dari mulut-mulut supporter, tercampur bau mulut dan tumpahan ludah berbusah. Urat-urat emosi naik pitam menghiasi kening, sambil mengusap keringat berdaki.

Penonton berdiri menghambur jutaan hujatan;

“Cukimai Waaasiiiiit, kurang ajaaaarrrr, anjiiiiiing,…..kasih kartu merah itu”.

Rupanya wasit menganggap hanya pelanggaran biasa. Kartu Kuning tidak dikeluarkan, kartu merah terselip rapi pada saku baju. Hanya tendangan bebas.

Bacaan Lainnya

Pemain berbaris, mempertahankan area pertahanan. Lainnya berusaha membongkar pertahanan lawan.

“Pruuuuuiiiiit” wasit meniup peluit, tendangan bebas dilakukan, nyaris gol.

“Lihatlah Penonton-penonton itu”, kata Kritikus.
“Lihatlah wajah mereka, mimik muka mereka, gerik-gerik mereka. Seperti bola bundar diacak-acak begitu pula tampak gerakan mereka mengikuti irama kulit bundar, rautan wajah, bola bundar mengontrol ekspresi wajah mereka”.

“Ya aku melihatnya. Mata dan leher mereka tertuju pada bola. Seolah-olah bola ada dalam kendali mata dan lehernya. Gerakan mata dan leher seirama dengan gerakan bola”, jawab Musafir.

Sejenak termenung, Musafir berkata
“Itukah Kehidupan, ketika manusia dikendalikan oleh situasi di luar dirinya…?”

…..,…..

RB. UNIKAB
Bongkar, bongkar, bongkar

 

 

Musafir dan Kritikus : Game of Life (Part X)

Oleh : Chirido Dogopia

Tendangan Gawang sudah dilakukan. Bola membumbung tinggi. Tampak di lapangan hijau saling berebut menunggu turunnya.

“Anda mesti bersiap menyambutnya. Anda mesti berebut. Lihatlah, bola masih di udara, para pemain menatap bola itu sambil mengatur posisi berebut bola”, Ucap Kritikus

“Ya, juga penonton” balas Musafir.

“Siapa yang akan mendapatkan bola …? Siapa yang akan menyundul bola dengan kepala. Harap bukan penonton, tapi pemain di lapangan hijau” kilah Kritikus

“Hahahaha …. Hahahaha…. Hahaha, bagaimana mungkin itu dilakukan oleh penonton di luar lapangan ….?” Tanya Musafir

Sang Kritikus menjawab:
“Dalam angan, tak tersadarkan, penonton dapat menyundul bola, seolah dialah pemainnya”

Hahahaha…hahahaha….hahahaha
Kritikus dan Musafir tertawa terbahak-bahak.

“Hanyut bukan di air, bukan di sungai, bukan di laut. Hanyut dalam hayalan, menjadi subjek aktif dalam realitas abtraksi pikiran” kata Kritikus.

“Ya, Tenggelam bukan di kolam, bukan di rawa, bukan di telaga, tenggelam dalam rasa diri, subjek pemain”, balas Musafir

……,…..

Bersambung ….

RB. UNIKAB
Bongkar, bongkar, bongkar

 

 

 

Christianus Dogopia atau sering disapa Chridoisme  menyelesaikan pendidikannya pada Kampus  STFT Fajar Timur, Saat ini tinggal di Numbay

Berikan Komentar Anda

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.