Aliran sungai Klawak yang terus mengalir sepanjang hari menjadi tumpuan masyarakat kampung Wilti untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Dari sungai tersebut masyarakat bisa mengambil manfaat seperti untuk menokok sagu, menjadikan sumber air minum, dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Tanpa terkecuali bagi guru-guru dari luar kampung Wilti yang telah menjadi bagian dari masyarakat di sana. Satu diantaranya adalah seorang guru yang belum lama bertugas di kampung tersebut yang pada pagi itu sedang mengawali aktifitasnya di sungai tersebut.
Barisan lirik lagu”Hitam kulit keriting rambut aku Papua” tidak sealiran dengan jiwa yang kini melekat padanya. Hatinya mencintai masa depan Papua bukan dengan kata-kata semata, tetapi dengan raganya serta jari-jari kecil dan gitarnya dia menyetuh hati anak-anak kampung Wilti Distrik Klawak. Dia tampak begitu berbeda dengan lingkungannya orang-orang disekitarnya kulit coklat dan rambut hitam lurus, lebih terkenal dengan panggilan Pak guru Jawa.
Ia adalah seorang guru honorer di SD Inpres 104 Wilti, Anang Riyadi lahir di Katapop 15 April 1992. Dengan bekal pendidikan Sarjana Pendidikan Sastra Bahasa Indonesia jebolan STKIP Muhammadiyah Sorong dan dorongan “paklek” seorang kepala sekolah di wilayah itu maka hadirlah sosok baru yang mengabdikan dirinya di kampung yang memiliki sungai yang dikenal indah. Berdiri tegap pagi dan sore di depan kelas melayani mata-mata kecil yang rindu akan datangnya secercah cahaya ilmu pengetahuan.
Berbanding terbalik dengan kondisi di tempat asalnya di daerah perkotaan, kondisi di tempatnya sekarang bertugas sebagai seorang pendidik cukup menantang. Keterbatasan sumber daya listrik dan signal menjadi hal baru baginya saat bertugas di tempat ini. selain itu jarak dari pusat kota yang cukup jauh menyebabkan mahalnya harga kebutuhan pokok di kampung tersebut. namun semua tantangan tersebut tidak menyurutkan langkah dan semangat dari guru muda ini.
Bulan Juli tahun 2015 langkahnya dimulai dengan menjadi guru kelas pada kelas rangkap 3 dan 4 di SD Inpres 104 Wilti. Kehadirannya membawa angin segar kepada anak-anak tidak hanya di tingkat sekolah dasar tetapi juga di sekolah menegah pertama di kampung itu. Sehingga, enegrinya kini dibagi sejak pagi hingga siang hari di SD Inpres 104 Wilti dan siang hari hingga sore hari di SMP Negeri 21 Kabupaten Sorong yang mana bagunan sekolahnya massih dipakai bersama.
Alasan hal ini terjadi karena ruang kelas dan jumlah pelita-pelita pendidikan yang kurang setidaknya ini mengantikan kata “guru” bagi mereka. Dengan media seadanya, bekal pendidikan yang ia punya, tentunya semangatnya yang lebih banyak disalurkan melalui gambar dan lagu dia membangun mimpi murid-murid yang baru didampinginya.
Mengenal lebih baik berarti tau lebih banyak dari sebelumnya, hal itu dia temukan saat akan menghantarkan pelajaran dengan banyak materi-materi panjang yang harus dibaca bersama murid-muridnya. Namun apa mau dikata muridnya belum bisa membaca dengan baik, dari 13 siswa baru 1 anak bisa membaca lancar. Dia bernama Simson Mlaskit sering dianggap “asisten kelas”. Kebinggungan adalah kalimat yang mengambarkan kondisi guru muda yang sebelumnya tidak terpikir akan mendidikan sampai ditingkat mendasar tentang membaca dan menulis.
“Haruskah saya seorang guru lulusan PGSD sehingga mengerti penyesaian masalah ini?” katanya dalam hati. Terlintas rasa tidak percaya diri tentang kemampuannya membina beberapa anak yang belum mengenal huruf apa lagi membaca pada siswa kelas 3 dan 4. Hari berganti hari sang guru lebih banyak membacakan buku dan memberi tes lisan dan pelajaran matematika cara ini dianggap mudah dan efektif untuk murid-murid. Namun yang terjadi perkembangan membaca dan pengetahuan hanya Nampak pada Si asisten kelas Simson Mlaskit.
Dipenghujung bulan September hadir “Program Penguatan Baca Tulis Kelas Awal di Daerah Pinggiran dan Terpencil”. Di awal program guru – guru mengangap program ini program SM3T, namun hal ini berubah setelah perkenalan secara langsung oleh mentor unicef dan melaksanakan pelatihan awal untuk guru dan kepala sekolah.
Hal ini tentunya baru untuk guru ini dan rekan-rekannya. Lagu awal yang memaksa kami bergerak atau lebih tepatnya bergoyang adalah lagu “Tikus Tinus” hal baru yang dia mengerti tentang pengenalan huruf melalui lagu. Pelatihan ini berlangsung selama enam hari. Hari-hari yang menarik dengan belajar materi seputar Dengar,Baca,Ucap,Tulis untuk kelas awal (1,2, dan 3). Hal yang paling digemari adalah simulasi pengajar mengunakan buku cerita.
Selepas pelatihan guru-guru sudah dibekali dengan perangkat pembelajaran RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang sebelumnya tidak kami gunakan sebagai pedoman mengajar di kelas. Membaca RPP dan mengikutinya dengan membuat catataan kecil agar setiap kali pembelajaran tidak terus melihat RPP. Selama pelaksaan program Sang guru harus membagi konsentrasi kelas rangkapnya khusus dikelas tiga pada saat jam bahasa Indonesia .
Hal lain yang Dia lakukan untuk merangkul anak-anaknya dengan menyanyikan beberapa lagu mengunakan gitar. Lagu kesukaan anak-anak yaitu Lagu Laskar Pelangi, Aku Papua, dan Bunda. Namun kedekatannya dengan anak-anak belum menyelesaikan tantangan mendasar tentang kemampuan siswa membaca dan menulis. Sejak kehadiran program ini Sang guru merasa lebih kaya dengan lagu-lagu huruf.
Lagu ini yang diajarkannya kepada anak-anak melalui gerak. Mereka tertawa bersama ketika merasa ada bagian lagu yang sulit digerakan. Dari lagu-lagu huruf ini pula banyak pertanyaan yang tidak disangka terlontar dari bibir mungil anak-anak itu.
Mereka bertanya kepada gurunya “Pak guru apa itu musang?” celotek anak itu. Dengan media yang ada berupa gambar kartu huruf dan buku kebun huruf Sang guru mulai menjelaskan hewan yang baru bagi mereka. Tanpa mereka sadari anak-anak mulai mengenal huruf dari kebiasan mereka menyanyikan lagu-lagu huruf.
Selain itu media belajar yang mendukung adalah lembar empat garis pada LKS yang memudahkan anak-anak untuk belajar menulis. Sang guru pecinta musik ini juga melaksanakan hal lain dengan mendukung rekan- rekan sejawatnya dalam pengunaan RPP dan LKS disaat mentor mengurus laporan disorong. Semangat guru ini mengugah hati masyarakat Distrik Klawak dari seorang pemuda jawa berhati Papua.
Berharap penuh semangat ini memotivasi guru lain yang berada di sekolah ini, dan tenaga honor yang setia ini mampu menjadi cermin bagi guru tetap yang memiliki kewajiban yang sama. Perbedaan hidup ini seperti aneka nada-nada yang terangkai menjadi melodi yang indah.
Informasi Penulis
Nama : Christina Palan Doni, S.Pd
Alamat: Jl. Cempedak, Distrik Aimas Kabupaten Sorong
No HP: 082248165717
Nama Sekolah: SD Inpres 104 Wilti
Sourch :http://sionstudyclub.blogspot.com/