Generasi milenial Pecinta Musik Rap Bangkitkan Budaya Literasi

Ketua Jurusan Seni Pertunjukan Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Tanah Papua, Muhammad Ilham M. Murda - Doc. Pribadi
Ketua Jurusan Seni Pertunjukan Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Tanah Papua, Muhammad Ilham M. Murda - Doc. Pribadi

Jayapura, Ko’SaPa – Ketua Jurusan Seni Pertunjukan Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Tanah Papua,  Muhammad Ilham M. Murda mengatakan, hal positif dari genrasi milenial khususnya pecinta Musik Rap saat ini adalah mereka secara tidak sadar membangkitkan budaya literasi.

 

Musik Rap  saat ini mampu membangkitkan budaya literasi di kalangan anak muda saat ini, dimana mereka membaca, menulis dan membawakannya dengan rima yang baik serta diiringi dengan instrumen alat musik Papua yang dipadukan dengan musik hip hop itu sendiri dalam lagu mereka,”katanya kepada Ko’SaPa belum lama ini.

 

Muhammad Ilham M. Murda mengatakan, generasi muda Papua saat ini perlahan lahan membaca buku, media masa, terutama karya sastra untuk menuliskan dalam lirik mereka.

 

Bacaan Lainnya

“Lirik lagu lagu yang mereka hasilkan juga dengan rima yang baik, ada kata kata puitis kritik, sehingga membangkitkan orang dari kenyamanannya,” katanya.

 

Muhammad Ilham M. Murda mengatakan, Rapper juga ikut berperan  mempopulerkan dialek Melayu Papua, bahasa / logat Papua menjadi sebuah edukasi, ke masyarakat luar tentang bahasa kita.

 

“Dampaknya adalah banyak penikmat musik hip hop di luar Papua, yang bisa mengerti dan menghafalkan lirik – lirik lagu musisi – musisi dari Papua. Bukan hanya itu saja, secara audio visual musisi rap di Papua mampu menunjukkan kelebihan dan keunggulan dari sisi promosi budaya, pariwisata dan industri kreatif orang Papua,” katanya.

 

Pendiri sekaligus inisiator dari grup musik Hip-Hop Papua Pace Black Family di Kabupaten Nabire, Kurnianto Degei (Pace Black) mengatakan, ketika mereka mixing lagu dan menullis lirik sesuaikan dengan kesukaan orang dan lagu-lagu yang dibuat bisa diterima dan didengarkan oleh banyak orang.

 

“Ketika menulis lirik  kami menyesuaikan dengan konteks kekinian. Setiap lagu yang dinyanyikan, kami menggunakkan musik Reggae Pasific, Reggae Indom Jamaica. Dalam musik kami juga sinergikan dengan musik tifa, bahkan dalam setiap lirik lagu selalu saya pakai bahasa daerah suku Mee dalam lirik. Kami juga berkolaborasi dengan musik moderen” katanya.

 

Degei mengatakan maksud dirinya mempromosikan kekayaan budaya dalam lirik kami agar dengan demikian orang lain bisa mengetahui bahasa daerah. Tapi juga sekaligus mempromosikan bahasa dan mewariskan karya leluhur agar generasi selanjutnya bisa mengetahui bahasa daerah dalam lirik-lirik yang disajikan.

 

“Meski tidak semua kami menggunakan bahasa Mee, kami juga menggunakan dialeg Papua selain itu juga bahasa inggris, bahasa Indonesia. Kami telah menuliskan lirik dan menyanyikan tema cinta dan sosial budaya dan kemanusiaan,”katanya.

 

Degei mengatakan, untuk menuliskan lagu kadang kita berembuk untuk menuliskan lirik lagu, kalau kami tulis lirik kadang bisa sumbang kata-kata ketika ada inspirasi.

 

“Kadang ada tim kami yang  buat lagu, lalu kami menyanyi bersama dengan gaya hip-hop, dengan lirik bercampur Bahasa indonesia, bahasa daerah suku mee, serui biak, tentunya bahasa Melayu Papua,” katanya.

 

 

Reporter : Pace Ko’SaPa

Editor : –

 

Sourch Jubi.id

 

 

 

Pos terkait