Milenial dan Harapan Kebaruan

Sundi R Wayangkau -Doc. Pribadi
Sundi R Wayangkau -Doc. Pribadi

Oleh : Sundi R. Wayangkau

Pemilihan Umum (Pemilu) adalah media demokrasi untuk menentukan siapa-siapa yang bakal kita utus untuk duduk di kursi parlemen selama 5 tahun ke depan. Tahun depan 2019 nanti kita akan melakukan pemilihan umun yang ke sekian kali dalam sejarah kita berbangsa dan bernegara sebagai Indonesia

Antusiasme Warga

Warga masyarakat Indonesia secara umum dan secara khusus Papua akan ikut berpartisipasi memberikan hak suara dan menentukan perwakilannya di parlemen pasca pemilu 2019 nanti. Tentunya, kita semua berharap masyarakat untuk tidak golput dan ikut antusias datang ke TPS di setiap tempat agar penyelenggara di TPS tidak menjual undangan atau surat suara seperti kebiasaan lama yang sudah menjadi rahasia umum dalam setiap momen politik baik itu pemilu maupun pikada. Antusiasme Warga haruslah antusiasme “tra kosong” harus ada isi. Antusiasme Warga haruslah antusiasme yang optimis terhadap perubahan pasca 2019 nanti.

Kelompok Baru

Media digital Kompas pernah memuat Artikel tentang Beda cara generasi milenial dalam politik di pemilu 2019 nanti, artikel tersebut juga menunjukkan seberapa penting dan kuatnya kaum milenial saat ini. Pada saat ini juga kusunya di Papua banyak di antara kita kaum milenial yang ikut berkompetisi sebagai Caleg. Mereka saya sebut sebagai kelompok baru. Karena mereka sejatinya adalah anggota baru di partai politik pengusung belum pernah ada di daftar caleg sebelumnya, ada juga mereka pernah caleg sebelumnya di pemilu 2014. Jadi rata-rata di tahun ini mereka mencalonkan diri untuk yang ke dua kali. Kebanyakan dari mereka adalah mantan pegiat organisasi mahasiswa intra bahkan ekstra kampus. Mereka adalah kelompok yang benar-benar baru dalam kancah politik. Ada harapan bagi mereka, kita, khususnya saya mengharapkan kelompok ini membawa kebaruan dalam gaya kita berpolitik. Kebaruan seperti apakah itu?

Bacaan Lainnya

Milenial dan Kebaruan gaya para caleg

Kita mesti mengajukan semacam pertanyaan bernada negasi dan kritis. Apakah kelompok mileniel yang baru dalam politik ini ikut membawa kebaruan? Kebaruan macam apa yang layak kita harapkan?

Kebaruan cara menggaet suara rakyat menjadi hal pertama yang harus kita harapkan. Kita berharap mereka tidak lagi menggunakan cara lama ala politikus kolot atau paling tidak cara politik kolot yang korup itu diadopsi dengan persentase rendah (yah maklumlah mereka baru). Rekam jejak mereka harus jadi semacam buku panduan bagi pemilik hak suara untuk menentukan pilihan. Selanjutnya adalah komitmen dan janji politik, hanya itu yang bisa kita pegang.

R. Graal Taliawo yang juga seorang caleg pernah berujar “Janji memberikan bantuan berupa uang dan barang adalah janji iman, sementara komitmen memperjuangkan aspirasi rakyat adalah janji politik” keduanya jangan dicampurkan, sebab ketika dicampurkan adukkan seketika itu kaburlah batas antara urusan publik dan privat seseorang. Kebaruan lain yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah proses sosialisasi diri, penulis sesungguhnya tidak sedang mendikte rekan-rekan caleg sekalian. Yang dimaksud adalah proses sosialisasi yang dialogis dan terjadi tukar pendapat, dengan cara ini sesungguhnya kita mengajarkan rakyat sebagai pemilik hak suara untuk lebih dewasa dalam menentukan pilihan.

Pertempuran di udara

Pertengkaran Ide dan gagasan adalah wajib hukumnya dilakukan oleh para caleg milenial. Ya, kita mengharapkan proses seperti ini yang harus di tempuh. Proses di mana ide dan hasil buah pikir para caleg milenial harus diuji di ruang publik. Pertempuran di udara (di medsos) belum terasa cukup dan memang tidak cukup, pertempuran di udara harus diimbangi dengan sosialisi di daratan (ruang-ruang diskusi pemuda).

Niscaya proses ini akan menghasilkan caleg milenial dengan kualitas mumpuni dalam hal menyerap aspirasi serta berkomitmen untuk menunaikannya.

 

Penulis Aktivis Papua Tinggal di Port Numbay