Pejuang Papua Merdeka Sejati Dari Selatan West Papua
Pertama bertemu terucap dari bibir Ambe (Bapa);
“Anak Tuan, Selamat datang di rumah Bapa hari ini.
Ini hanya rumah transit di negeri ini, negeri Belanda
Bapa senang kamu bisa kunjungi Bapa.
Saya mau pesan kepada anak Tuan dan teman-temanmu.
Ingatlah anak Tuan, sebagai seorang Pejuang, engkau harus meyakini Papua Ya dan Merdeka itu Pasti.
Kemudian engkau melanjudkan lagi:
Papua Merdeka itu, perjuangan Iman.
Maka anak Tuan tidak boleh ragu-ragu tentang Papua Merdeka.
Apabila anak Tuan Kembali injakan kakimu di tanah Papua, salam dan doa Bapa untuk tanah dan Manusia Papua.”
Demikian kata-kata pesan yang disampaikan oleh Gerardus Tommy kepada saya pada Juni 2022 di Negeri Belanda, pada saat saya bersama Tuan Oridek Ap mengunjungi Ambe (Bapa) ditempat tinggalnya.
Tidak seperti kebanyakan orang yang menyampaikan pesan diakhir pertemuan atau perpisahan melainkan apa yang ditulis tadi diangkapkan oleh almarhum pada saat kami bertemu pertama dalam posisi belum duduk.
Hari ini, saya mendengar kabar kepergian Ambe. Saya tidak menyangka mendegar kabar kepergianmu, sebab tahun lalu kami bertemu engkau tampak sehat dan baik-baik saja. Saya mencoba mengontak pada nomor yang engkau berikan tetapi tida ada kabar seperti sebelumnya. Tetapi setelah kontak beberapa keluarga di Negeri Belanda, mereka menyampaikan kepergianmu.
Ambe terkasih, melalui pesan ini, saya hendak menyampaikan turut berduka cita yang mendalam kepada keluarga besar di Belandan di West Papua atas kepergianmu. Kami bangsa Papua sungguh sangat merasakan kehilangan salah satu tiang penopang perjuangan Bangsa Papua dari Selatan Papua. Engkau telah berbakti dengan sempurna untuk bangsa dan rakyatmu. Doa kami menyertai Bapa menuju rumah Bapa di Surga.
Demi Papua Merdeka Gantungkan Cita-Cita Sarjana
Sebagaimana, Ambe kisahkan pada saya, cita-citamu ingin melanjutkan Pendidikan hingga sarja tetapi melihat situasi di Boven Digoel setelah Pemerintah Indonesia masuk, engkau telah menggantungkan cita-cita untuk studi.
“ Anak Tuan, saya setelah Tamat Sekolah Dasar di Jaman Belanda di Wilayah Boven Digoel, saya melihat mulai memasuki tahun 1963, Indonesia datang di wilayah Bogen Digoel kemudian melakukan kekerasan, penjarahan, mencuri dan seterusnya. Situasi ini berbeda dengan yang kami terima di masa pemerintah Belanda dan oleh Gereja Misi di Sekolah. Mereka, para militer Indonesia banyak menyamar menjadi tukang bangunan, penjaga kios dan lainnya. Saya sendiri juga menjadi korban. Indonesia datang itu mulai mencuri. Mereka tidak lagi memandang orang Muyu Mandobo sebagai Manusia. Jadi cita-cita saya untuk melanjutkan pendidikan hati saya bergolak menyaksikan kejahatan militer Indonesia.”
Situasi di Boven Digoel saat itu tidak memungkinkannmu untuk bertahan sehingga pindah ke Merauke. Situasi Merauke pun sama. Engkau menyaksikan sendiri intimidasi dan penjarahan. Engaku pun kemudian memutuskan ke Jayapura dengan harapan situasi di Jayapura lebih baik. Ternyata situasi yang sama ia menyaksikan di Jayapura:
“Anak Tuan saya lebih keji di Jayapura. Terjadi intimidasi, pemenjarahan barang-barang peninggalan Belanda, penangkapan terjadi dimana-mana di Kota Jayapura. Saya coba tingga di Padang Bulan tetapi karena tidak nyaman saya ke Kota Jayapura dekat kaki Gunung APO.“
Menyaksikan situasi semakin tindak menentu dua tahun menjelang pelaksanaan PEPERA (Penentuan Pendapat Rakyat) Ambe Tommy mengambil satu keputusan, membangun komunikasi Jacob Pray dan pada akhir tahun 1969 bergabung dengan OPM. Almarhum merupakan termasuk kelompok pertama yang meletakan dasar perjuangan dengan bergabung di Markas Victoria-Waris.
Proklamasi 1 Juli dan Konsistensi dalam perjuangan Papua Merdeka
Setelah dilakukan Prolamasi pada 1 Juli 1971 di Waris oleh Zeth Rumkorem dan Jacob Pray, Ambe Gerarldus angkat senjata dan melakukan perlawanan dengan militer Indonesia. Ia menjadi salah satu Singa pada masa itu. Dr. Otto Ondowame pada suatu saat mengakui keberanian dan disiplinmu.
Ambe, memasuki akhir 1978 ia ke Selatan Papua untuk melakukan perlawanan terbuka atas pendudukan Indonesia. Di Selatan Papua, pada masanya, ia berhasil membangkitkan dan mengobarkan semangat perlawanan. Puluhan ribu rakyat Muyu Mandobo bergabung dengannya dan melakukan perlawanan terbuka. Sebagian besar dari mereka menyeberang ke Papua New Guinea dan sampai saat ini masih menetap di wilayah PNG.
Selama hidupmu di dunia ini, tidak pernah tersirat kata menyerah. Engkau selalu mengobarkan Api perlawanan generasi tua dijamanmu dan gerenasi berikutnya. Engkau bukan hanya melakukan perlanan di Papua, tetapi engkau mencoba menjadi diplomat, TPN/OPM mengirimmu ke Senegal. Sekian lama engkau mengurus kantor OPM di Senegal. Di Negeri benua hitam itu, engkau menjadi peternak babi, ayam dan pekerja kebun yang ulet. Rakyat Senegal terkagum-kagum dengan semua yang engkau lakukan.
Dalam suatu misi, engkau ditangkap dan hendak dideportasi ke Indonesia. Tuhan senantiasa baik. Engkau meminta suaka kepada Ratu Belanda, Ratu langsung turun tangan mengabulkan permohonanmu.
Hampir 30 tahun terakhir, engkau menghabiskan waktu di Negeri Belanda. Dalam pertemuan Papua Merdeka engkau hadir dan senantiasa memberikan semangat kepada sesama orang Papua. Ambe Tommy, engkau menjadi patriot sejati bagi bangsa Papua. Dari tanah air West Papua, kami meyampaikan apresiasi atas semua perjuanganmu. Engkau seorang pejuang hebat. Engkau orang besar, yang kawan dan lawan senantiasa segan denganmu. Selama hidupmu engkau telah tunjukan perjuangan tanpa lelah. Beristerahatlah dalam damai Tuhan.
Mari Kita Katakan Bersama
Bagi Generasi Muda Papua, mari kepalkan tangan dan katakana, Ambe Tidak Mati, Engkau Masih Hidup. Kami adalah Ambe Tommy..Waaa..waaa..waaa..
Jayapura, West Papua, 19 Maret 2023.
Markus Haluk
Direktur Eksekutif ULMWP di West Papua