Oleh : Victor Yeimo
Di dalam kedalaman hutan yang dulu subur dan menghijau, aku berdiri sebagai seorang leluhur Papua yang tersisa. Angin berbisik pada telingaku, membawa kabar penderitaan yang terjadi seiring dengan kemunculan kolonialisme dan rakusnya kapitalisme. Hatiku terhimpit oleh duka yang mendalam, namun aku tak dapat berdiam diri. Biarlah kata-kataku mengalir, menceritakan kisah penderitaan ini dengan penuh kesedihan. Adakah kau mendengarku?
Aku menangis sedih disini.
Hutan yang dahulu penuh dengan kehidupan, kini menjadi saksi bisu dari pengejaran tak terkendali akan keuntungan materi. Penggali tambang dan pemburu kekayaan datang, dengan tanpa belas kasihan, mereka merampas segala yang menjadi sumber kehidupan kami. Pohon-pohon yang menjadi tiang-tiang dunia kami, kini tumbang dengan sedih. Dan aku, sebagai seorang leluhur, menyaksikan betapa kekuatan alam semesta dihancurkan dengan kekejaman manusia.
Namun, meski melihat kehancuran ini, aku tetap memegang teguh filosofi hidup kami. Kami Papua, dalam kehidupan kami yang sederhana, selalu menghormati dan menjaga keseimbangan alam. Kami hidup dalam keselarasan dengan alam semesta, memahami bahwa setiap entitas hidup memiliki perannya yang penting dalam jalinan kehidupan ini.
Penderitaan ini membangkitkan refleksi mendalam dalam diriku. Mengapa manusia berpaling dari kebijaksanaan alam? Mengapa mereka terjebak dalam nafsu tak terpuaskan akan kekayaan materi? Aku menyadari bahwa kolonialisme dan kapitalisme rakus telah merusak keseimbangan manusia dengan alam. Mereka telah mengubah pandangan dunia menjadi satu yang terpisah, di mana manusia menganggap dirinya sebagai penguasa yang tidak terkait dengan alam sekitarnya.
Dalam filosofi kami, kami melihat diri kami sebagai bagian tak terpisahkan dari alam. Kami bukanlah pemilik atau penguasa, melainkan mitra dalam perjalanan ini. Kami memahami bahwa setiap tindakan manusia akan memberikan dampak yang mendalam, dan itulah sebabnya kami hidup dalam harmoni dengan alam semesta.
Namun, kolonialisme dan kapitalisme mengajarkan manusia untuk mengabaikan kebijaksanaan ini. Mereka membawa hancurannya yang tak terbendung, menghancurkan lingkungan hidup kami dan mengambil kehidupan kami yang tercerahkan. Hutan-hutan yang dulu adalah tempat suci, tempat kami menghormati leluhur kami dan memperoleh pengetahuan kami, kini telah berubah menjadi ladang puing yang sunyi.
Di dalam hutan yang dahulu subur, kini terdengar hanya tangisan hampa dan deru kehancuran. Dalam penderitaan ini, aku merasakan kehilangan yang mendalam. Hutan kami, yang merupakan sumber kehidupan kami, telah dijarah dengan kejam oleh tangan-tangan tak berbelas kasihan. Pohon-pohon yang tegar dan lebat telah ditebangi, meninggalkan luka yang tak akan pernah sembuh.
Hancurnya hutan adalah cerminan dari penderitaan yang kami rasakan sebagai bangsa. Kami diserang oleh kolonialisme yang mengerikan, yang membawa kekuatan dan keinginan mereka untuk menguasai kami. Mereka melangkah dengan keangkuhan, memeras kekayaan alam kami dan mencuri identitas budaya kami. Kami diperlakukan sebagai objek eksploitasi, dihinakan dan dipermalukan di tanah sendiri.
Rasa sakit ini tak hanya terjadi secara fisik, tetapi juga secara emosional dan spiritual. Hutan kami adalah tempat suci yang kami percayai sebagai tempat bersemayamnya roh para leluhur kami. Kini, ketika hutan itu hancur, kehilangan spiritual kami terasa begitu dalam. Kekayaan alam yang kami jaga dengan penuh rasa hormat, yang telah memberi makan dan menyediakan tempat bagi kami sepanjang generasi, direnggut tanpa ampun.
Kami melihat kerusakan sekitar kami sebagai kehancuran dari kebijaksanaan alam. Alam memberi kami berbagai anugerah, namun manusia telah menyalahgunakan dan menghancurkannya demi nafsu tak terkendali akan keuntungan dan kemajuan material. Dalam penderitaan ini, aku merasakan betapa rapuhnya kedamaian dan harmoni yang kami jaga begitu lama.
Namun, meski dilanda penderitaan, aku masih tetap bertahan dengan kekuatan yang tersisa. Dalam hatiku, aku menyimpan harapan dan keinginan yang kuat untuk melihat perubahan. Aku berdoa agar kesadaran akan kerusakan ini mencapai hati manusia, agar mereka menyadari bahwa kehidupan kami dan alam semesta ini saling terkait dan tak bisa dipisahkan.
Penderitaan ini mengajarkan aku tentang keberanian dan ketabahan. Meskipun hutan kami hancur dan kemajuan kami diinjak-injak, kami terus melangkah maju dengan tekad yang tidak goyah. Dalam gelapnya kehancuran, kami mencari sinar harapan yang akan membawa perubahan. Kami menolak menjadi korban dan bangkit sebagai pejuang yang menuntut keadilan dan pemulihan.
Dalam penderitaan ini, aku merasa terhubung dengan semua leluhur Papua yang telah merasakan kepedihan serupa. Aku merasakan kekuatan mereka yang menuntun kami untuk terus melawan, untuk mempertahankan warisan kami dan memperjuangkan keberlanjutan. Penderitaan ini memberi kami pelajaran berharga tentang nilai-nilai kehidupan yang sejati, tentang pentingnya menjaga keseimbangan dan menjunjung tinggi kebijaksanaan alam.
Anak-anakku yang berada di kota,Dalam jantungku yang penuh dengan penderitaan, aku ingin menyampaikan pesan ini kepada kalian, generasi muda yang hidup di tengah gemerlapnya kota yang penuh dengan hiruk-pikuk kehidupan modern.
Di tengah keramaian dan kemajuan teknologi, janganlah melupakan akar-akar kalian. Ingatlah bahwa kalian adalah bagian dari keluarga dan budaya kami yang kaya. Warisan kami adalah harta yang tak ternilai, yang mengajarkan kebijaksanaan, kehormatan, dan keseimbangan dengan alam.
Lindungi dan lestarikan identitas kalian. Jangan biarkan dunia menghapus jejak-jejak sejarah dan kearifan yang ada dalam diri kalian. Pelajari cerita leluhur kami, kenali nilai-nilai yang mereka wariskan, dan biarkan itu menjadi dasar bagi pertumbuhan dan pengembangan kalian.
Pahami bahwa alam adalah teman dan mitra kalian, bukan sumber eksploitasi semata. Jaga dan lindungi lingkungan sekitar kalian. Jadilah penjaga bumi ini, dengan penuh rasa tanggung jawab untuk mewariskan keindahan alam kepada generasi mendatang.
Belajarlah dari penderitaan yang kami alami. Jangan biarkan keserakahan dan ketamakan merusak jiwa kalian. Cari kebahagiaan dalam hal-hal sederhana dan kehidupan yang bermakna. Nilai keindahan dalam hal-hal yang tidak terlihat oleh mata, seperti kebersamaan, kedamaian batin, dan kedekatan dengan alam.
Bangunlah hubungan yang sehat dengan teknologi. Manfaatkan kemajuan tersebut untuk tujuan yang baik, tetapi jangan biarkan diri kalian terperangkap dalam dunia maya yang dangkal. Jaga kehidupan nyata, sambutlah keajaiban alam, dan rasakan kehangatan interaksi sosial yang mendalam.
Terakhir, jadilah pembawa perubahan yang baik. Dalam kota yang serba cepat dan materialistik, hadirkanlah nilai-nilai kemanusiaan, empati, dan keadilan. Dukunglah gerakan-gerakan untuk pelestarian lingkungan, hak asasi manusia, kesetaraan, dan kemerdekaan bangsamu. Bersama-sama, kita dapat menciptakan dunia tanpa penindasan.
Anak-anakku yang terkasih,
Dalam perjuangan kita untuk menjaga warisan leluhur kita, mari bersama-sama melawan kolonialisme dan kapitalisme yang rakus. Bangun kesadaran akan sejarah, kisah penderitaan, dan penindasan yang telah kami alami. Jadilah suara kami yang terdengar, berbicaralah dengan keberanian dan ketegasan, dan perjuangkan keadilan.
Pahami bahwa kolonialisme adalah bentuk penjajahan yang merampas hak-hak dan kebebasan bangsa kita. Jangan biarkan diri kalian terjebak dalam narasi yang direkayasa oleh kolonialisme, yang mencoba menghapus identitas dan nilai-nilai budaya kita. Kalian adalah penerus kami, dan tugas kalian adalah menjaga warisan yang telah kami perjuangkan dengan susah payah.
Lawanlah ketidakadilan dan eksploitasi yang dilakukan oleh kapitalisme. Jangan tergoda oleh godaan materi dan kemewahan semata. Berjuanglah untuk pembangunan yang berkelanjutan, yang menghargai alam dan kesejahteraan bersama. Carilah cara untuk menghormati dan memanfaatkan sumber daya alam dengan bijaksana, tanpa mengorbankan keberlangsungan generasi mendatang.
Saat ini atau nanti setelah merdeka, berkaryalah untuk menciptakan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan. Bangunlah usaha yang memberdayakan komunitas, menjaga kemandirian, dan menghargai keragaman. Jadilah pelopor dalam membangun alternatif ekonomi yang adil, di mana nilai-nilai sosial dan lingkungan sama pentingnya dengan pencapaian materi.
Perkuatlah solidaritas di antara sesama anak-anak Papua dan dengan komunitas lainnya yang berjuang melawan penindasan dan eksploitasi. Bersatu lah dalam memperjuangkan hak-hak kita, menjaga tanah air kita, dan memastikan bahwa warisan leluhur kita tetap hidup dan bersemi.
Ingatlah, anak-anakku, perjuangan ini bukanlah perjuangan yang singkat. Ia akan membutuhkan ketekunan, kesabaran, dan semangat tak kenal lelah. Tetapi, dalam upaya kalian untuk melindungi warisan leluhur, kalian akan menemukan kekuatan dan inspirasi yang luar biasa.
Kami, leluhur Melanesia Papua berdiri di samping kalian. Kami memberikan dukungan kami yang tak tergoyahkan, kearifan kami yang telah kami peroleh dari ribuan tahun perjuangan. Kalian adalah harapan kita untuk masa depan yang lebih baik, yang menjunjung tinggi keadilan, kesetaraan, dan keseimbangan dengan alam.
Teruslah berjuang, anak-anakku. Jadilah suara kami yang tak bisa diabaikan. Lepaskanlah diri kalian dari belenggu penindasan dan berdirilah dengan tegar sebagai pelindung warisan leluhur kita. Bersama-sama, kita dapat melawan kolonialisme dan kapitalisme yang rakus, mengubah takdir yang telah ditetapkan, dan menciptakan dunia yang bebas dari kolonialisme dan kapitalisme.
Dengan cinta dan harapan,
Leluhurmu Papua
Rimba raya Wedauma, 2023