Deli Dimana Dirimu?

Oleh ; Victor Yeimo

 

“Dalam kegelapan ini, bintang-bintang, aku masih menunggu,” ucap Deli dengan suara gemetar. “Aku masih percaya pada janji sang pejuang. Aku tahu dia akan kembali, dan kita akan bersama-sama mengembalikan kebebasan yang kita cintai.”

 

Malam itu Deli duduk merenung di bawah bintang, dia sering berbicara dengan bintang-bintang, seolah-olah mereka adalah sahabat-sahabat setianya. Dia berbicara dengan lembut, mengungkapkan perasaannya dan harapannya yang terpendam, seakan-akan bintang-bintang itu adalah saksi bisu dari perjuangan dan kesetiaannya.

 

Bacaan Lainnya

Deli telah menghadapi segala penghianatan dan ketakutan yang muncul di sepanjang perjalanannya. Dia menolak untuk tunduk pada ketertindasan, meskipun orang tuanya telah mengusirnya. Baginya, cahaya kebenaran adalah pedoman utamanya.

 

“Lebih baik hidup sebagai pejuang yang merdeka daripada hidup sebagai budak penjajah,” Deli sering mengucapkan kata-kata ini dalam keheningan malam. Dia yakin bahwa kebenaran akan selalu memenangkan kejahatan, dan perjuangan mereka akan mengantarkan mereka pada kemenangan akhir.

 

Dia ingat kekasihnya pernah bilang, “Ketika kamu berdiri teguh di jalur kebenaran, bahkan bayangan penjajah akan kalah oleh cahaya yang kamu pancarkan. Ketika kita berjuang untuk kebenaran, kita adalah cahaya yang tak dapat dipadamkan di tengah kegelapan penindasan”.

 

Deli hidup menjauh dari hiruk pikuk keramaian kota, meninggalkan kemapanan hidupnya tanpa ragu. Dia memilih berkelana dalam pahitnya penindasan yang mendera rakyatnya.

Dia telah meninggalkan segala yang nyaman dan duniawi untuk menjadi bagian dari perjuangan yang lebih besar. Baginya, ketenangan hati dan kehormatan dalam melawan penjajah adalah lebih berharga daripada segala harta dunia.

 

Saat matahari terbenam dan malam menghampiri, Deli terbiasa duduk menerung, memandang langit yang luas dan merasa kesejukan alam yang memeluknya. Meskipun hidupnya kini keras dan sederhana, dia tidak pernah merasa sepi.

 

Ketika menjauh dari kemapanan, Deli merasa semakin mendekat pada tujuannya yang suci: membebaskan tanah airnya dari penjajah dan mengembalikan kehormatan yang telah dicuri dari rakyatnya. Baginya, hidup dalam perjuangan adalah bentuk pelayanan yang tertinggi, dan dia siap menghadapi segala tantangan yang datang.

 

Malam demi malam, Deli terus berkelana dalam pahitnya penindasan, memilih jalan yang jarang dipilih oleh banyak orang, karena dia tahu bahwa di dalamnya terdapat kehormatan dan kebebasan yang tidak ternilai harganya.

 

Deli dimana dirimu?

 

Berikan Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.