Kumpulan Puisi Manfred Kudiai : Jaga Bangsa

Manfred Kudiai

3

Ditengah situasi begini…
seharusnya kitong harus hidup
bukan seperti pohon yang diterpa angin

Kitorang itu manusia titisan sang khalik
Bukan binatang yang hidupnya mengikuti naluri

Kitong meski sadar, kitong yang punya banyak
Tetapi mereka yang datang yang ambil bayak

Ko jangan kaget ketika tong dibuat nyenyak
oleh setumpuk kertas yang bernilai sebagai nilai tawar
dong su berhasil petik bunga mawar merah yang segar

 

Bacaan Lainnya

Klo  torang tra sadar diri
tinggal tunggu ia tumbang lalu terurai…
Mati.

Traboleh terjadi, torang harus harus bangkit
kitong belum mencapai apa-apa,
torang sama-sama, menata masa depan
mari jaga tanah warisan leluhur,
Jaga, suku, ras dan bangsa.

 

Perjalanan kita cukup  jauh berjalan
Jangan pernah berhenti, kawan
saat ini kita tekatkan niat lawan
hadapi segala penindasan

kerena ketika kita bersatu
dalam misi yang satu
tra bisa terkalahkan
dalam satu ikatan,
kitong mengusir penyusup yang datang
yang mencoba memadamkan bara di tungku api

 

5

Terlalu banyak diantara kita yang waktunya dihabiskan hanya tidur-tiduran
terlalu banyak diantara kita yang waktunya dihabiskan hanya bersenang-senang
ada pula yang dengan gigi mencari dan mengejar masa depan

Kita semua pengguna waktu yang diciptakan sebagai manusia yang terpuji
yang berakal budi   dan pekerti

Tetapi yang membedakan:
ada kelompok yang pintar
dan ada kelompok yang kreatif

 

Yang kreatif, setiap waktu adalah masalah yang harus diselesaikan
Yang pintar, setiap waktu adalah beban yang harus dikurangi

Renungkanlah!

 

Wahai genarasi muda Papua
Kalian adalah hadia dari  buah cinta
Jangan bertanya; Apa itu cinta?”

Wahai generasi muda Papua
kalian adalah titisan roh leluhur
jangan bertanya; siapa itu roh leluhur?

 

Dalam dirimu ada jiwa
sumber hidup satu-satunya yang tak bakal mati
jika kalian meninggalkan sebuah karya

Bangkitlah…
temukan jatih dirimu sesungguhnya.

 

 

 

Manfred Kudiai adalah seorang Jurnalis Papua, Ia Telah Menerbitkan Sebuah Bukun Antologi Puisi Berjudul “Jalan Pemberontak”

Pos terkait