Oleh; Rita Nariswari
Kalau hendak mencari perempuan Afro-Amerika yang piawai dalam dunia menulis, maka Toni Morrison patut dilirik. Penulis ini terkenal dengan sebutan novelis kulit hitam terbaik di Amerika. Bahkan ada sederetan penghargaan yang membuat perempuan ini menjadi pionir di bidangnya. Di antaranya pada 1993, ia menjadi wanita Afro-Amerika pertama yang memperoleh Nobel untuk sastra dan perempuan Amerika pertama yang dianugerahi penghargaan itu setelah Pearl S. Buck pada 1938.
Penghargaan lain yang dikantongi sebelumnya adalah National Book Critic’s Circle Award pada 1977 untuk novel Song of Solomon sedangkan Beloved meraih Pulitzer untuk fiksi pada 1988.
Morrison cenderung menulis dengan gaya orang dusun yang sederhana, seperti tengah bertutur tentang pengalaman hidup seseorang, baik pengalaman yang menyenangkan maupun memedihkan. Ia juga menggunakan bahasa yang liris dan dialog yang hidup. Alhasil ketika orang menyimak kata-katanya, ada makna yang demikian besar yang tengah diungkap.
Sebagai perempuan berkulit hitam, ia mendorong kaumnya untuk melakukan kiprah di dunia menulis dan seni lainnya. Ia, antara lain, menjadi anggota dari National Council untuk sastra dan American Academy and Institute of Arts and Letters.
Morrison lahir dengan nama lengkap Chloe Anthony Wofford di Lorain, Ohio pada 18 Februari 1931. Namun keluarga itu tak bertahan lama di kota tersebut. Mereka pindah ke utara untuk menghindari problem rasis hingga Morrison bisa berkembang jauh dari rasa takut akan prasangka rasial. Ia menghabiskan masa kanak-kanaknya di Midwest dan menyediakan waktu luang untuk membaca karya-karya dari Jane Austen hingga Tolstoy.
Ayahnya, George, adalah seorang tukang las yang banyak mengisahkan cerita-cerita rakyat yang beredar di masyarakat kulit hitam. Ia mencoba mentransfer budaya Afrika-Amerika kepada anaknya. Pada 1949, ia masuk ke Universitas Howard di Washington, DC. Setelah meraih BA dalam bahasa Inggris, ia meneruskan studinya di Universitas Cornell Ithaca, New York. Untuk meraih gelar MA, ia menulis tesis tentang William Faulkner dan Virginia Woolf. Orangtuanya berusaha keras bahkan hingga berkorban agar Morrison bisa menginjak pendidikan hingga perguruan tinggi.
Setelah lulus ia bekerja sebagai editor di Random House. Sambil bekerja dan mengasuh anaknya, ia menulis novel pertama The Bluest Eye yang dimunculkan pada 1970. Kisahnya berfokus pada masyarakat kulit hitam di sebuah kota kecil dan semua karakternya adalah orang Afro-Amerika. Pada novel keduanya, Sula (1973), ia masih berputar pada kelompok masyarakat yang sama. Kali ini menyangkut dua sahabat kulit hitam dan masyarakatnya di Medallion, Ohio. Karya inilah yang memperoleh National Book Critics Award.
Pada 1977 ia mempublikasikan Song of Solomon dan karyanya itu menjadi novel pertama yang ditulis oleh orang Afro-Amerika yang dipilih sebagai Book-of-the-Month-Club sejak 1940 saat Richard Wright muncul dengan Native Son.
Morrison keluar dari Random House pada 1983 dan menjadi penulis penuh. Kariernya benar-benar menanjak pada 1988 ketika ia meraih Pulitzer untuk Beloved. Buku ini mengisahkan soal perbudakan dan pembunuhan bayi. Bukunya terakhir keluar pada 2002 berjudul Book of Mean People.
Setelah persiapan hingga 12 tahun, sebuah film berdasarkan Beloved pun muncul ke hadapan publik. Film yang disutradarai Jonathan Demme dan bintang Oprah Winfrey dan Dannny Glover yang diluncurkan 1998 itu banyak mengundang kritik. Di antaranya dari David Denby, New Yorker. Kritikus ini menyatakan ada beberapa hal menarik dalam novel yang tak muncul dalam film tersebut.
Selama hidupnya ia mengalami kesedihan berat ketika mengalami musibah kebakaran. Pada sebuah pagi tepat di Hari Natal, rumah kapalnya yang berada di Hudson River, Nyack, New York dilahap api. Kejadian pada 1993 itu membuat berbagai catatan, manuskrip yang telah diperbaiki dan sejumlah lembaran berharga lain musnah tanpa bekas.
Artikel ini pernah dimuat di ruangbaca.com