Musafir dan Kritikus : Games of Life (Part V & VI)

Ilustrasi foto oleh Belandina Yeimo - Dok. Sastra Papua
Ilustrasi foto oleh Belandina Yeimo - Dok. Sastra Papua

Kritikus dan Musafir : Game of Life (Part V)

Oleh : Chirido Dogopia

Jenuh Menunggu babak kedua.
Sementara, Penonton Terus menyoraki yel-yel penyemangat.

“Menunggu kadang membosankan. Menunggu kadang menyenangkan. Bila terlarut dalam kesenangan sambilan, tak terasa menunggu itu menyenangkan. Bahkan tak menyadari waktu”. Ucap Sang Musafir menimpali tawa Kritikus

“Kesendirian dalam Keramaian, keramaian dalam kesendirian. Menunggu dalam keramaian dan di dalam keramaian sendirian menunggu. Bosan merupakan ketiadaan aktivitas di dalam diri dan di luar diri, ketika sendirian terlarut dalam keramaian” kilah Sang Musafir.

Sang Kritikus
“Apa boleh buat…? Waktu terus berlalu, di antara kepastian dan ketidakpastian itulah menunggu. Kesendirian dalam keramaian “bak Hantu” malam di siang hari. Engkau duduk sendiri tanpa aktivitas akan terasa sepi, dibanding duduk menyendiri dalam suatu aktivitas akan terasa ramai”.

Bacaan Lainnya

Sang Musafir
“Bahkan aku, sendirian dalam pencarianku. Aktifitasku meramaikan lorong jalan yang kujejaki. Sendirian tak berarti sepi. Sepi tak berarti sendirian. Bosan dalam menunggu adalah wajar bagi mereka yang sendiri tanpa aktivitas diri”.

…..,…..

Bersambung

RB. UNIKAB
Bongkar, bongkar, bongkar

Musafir dan Kritikus : Game of Life (Part VI)

Angin Sore berhembus, berpasan mentari, hangat Terasa di kulit.

“Bukankah setiap Manusia membutuhkan Kesendirian …?. Saat di mana ia berhadapan dengan dirinya sendiri” lanjut sang Musafir.

Sang Kritikus
“Manusia tidak sendirian. Dalam realitas fisik terlihat ia ada dan berada bersama orang lain, alam semesta. Saat ia sendiri dalam realitas fisik, ia selalu berada bersama realitas sejuta pikiran dan perasaan; pendapat dan opini yang berkecamuk. Ia tidak sendirian. Ia selalu ada bersama realitas Inderawi”.

Sang Musafir
“Jelas pada pencarianku sendiri. Aku rupanya mencari diriku sendiri. Bukankah demikian …?”

Sang Kritikus
“Pertandingan akan dimulai. Setiap manusia seperti kesebelasan sepak bola; setiap manusia adalah pemain, pelatih, manager, supporter dan sponsor. Lapangan sepakbola adalah realitas alam semesta, bola adalah pergulatan dunia, gawang adalah pintu harapan, gol adalah cita-cita, Kemenangan adalah tujuan”.

Lubang pori sang Musafir terbuka, bulu kuduknya berdiri, bagai sentuhan ilahi, mendengar manisnya kata.

Sang Musafir memuji,
“Luar biasa ..!!!. Pikirku Engkau akan mengeritikku. Mengeritik Perjalananku, mengeritik tujuan hidupku. Rupanya Engkau bukanlah orang yang kusangkah selama ini. Bahkan aku semula agak ragu bercakap denganmu”.

Sang Kritikus
“Hahahahhahahahababbababahahha…. hahhahaa.. Hahahaa; bahkan engkau masih memikirkan apa yang dikatakan orang tentangku”

Hahahahhaha ….. hahahahhaha …. hahahhaa

Kritikus dan Musfir terlarut dalam tawa. Tak terasa babak kedua akan segera dimulai.

……,……
Bersambung

RB. UNIKAB
Bongkar, bongkar, bongkar

Christianus Dogopia atau sering disapa Chridoisme  menyelesaikan pendidikannya pada Kampus  STFT Fajar Timur, Saat ini tinggal di Numbay

Pos terkait