Oleh : Pdt. Noakh Nawipa
Jayapura, Kosapa – Sejak lama Indonesia dikuasai dengan damai oleh raja-raja dari berbagai suku bangsa selama bertahun-tahun di Asia Tenggara. Pada awalnya Indonesia berjumpa dengan pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha.
Islam dan penerapan kebudayaan Islam mulai masuk tapi pengaruhnya hanya sebatas di pesisir kepulauan Indonesia. Kebudayaan Eropa mulai diperkenalkan sekitar tahun 1500 san bukan hanya di pesisir kepulauan Indonesia.
Pengaruh kebudayaan barat ini terasa sampai ke suku-suku yang belum dipengahi oleh kebudayaan Islam seperti orang-orang Batak di Sumatera Utara, orang-orang Toraja di Sulawesi Selatan, dan lain-lain.
Indonesia mengkleim kedatangan orang Eropah seperti bangsa Portugis, Bangsa Belanda sebagai bangsa penjajah. Belanda menjajah Indonesia hampir 3 setengah abad menurut pelajaran sejarah Indonesia di SD, SMP dan SMU setelah itu Jepang membantu Indonesia menjadi negara merdeka yang dipimpin oleh Soekarno Dan Hatta.
Tahun 1949 baru Belanda mengakui Indonesia sebagai negara walau pun pendiri negara telah memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia tahun 1945.
Penjajahan Belanda atas Papua baru dimulai setelah tàhun 190-an dan itupun sebatas eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam. Sebelum tahun 1949, Belanda sibuk dengan ekspedisi daerah dan eksploitasi sumber daya alam.
Belanda berhasil menemukan minyak, gas bumi dan mineral di Papua. Setelah itu baru Belanda kleim tanah Papua sebagai Nedherland New Guinea, milik ratu Belanda.
Eksploitasi SDA di Papua dispònsori oleh konglomerat Amerika dan CIA mengikuti arah gerak Belanda atas kekayaan alam di Papua.
Belanda merahasiakan penemuan gunung emas di Tembagapura itu. Akibatnya terpaksa konglomerat Amerika bekerja keras dengan CIA berusaha mencari jalan keluar agar pengaruh Belanda atas Indonesia dibatasi tetapi juga kebijakan SOEKARNO yg anti imperialisme dan kolonialisme juga dibungkem oleh permainan tingkat tinggi CIA di Asia Tengara.
Pengaruh Presiden Amerika dan Kebijakan Sekjen PBB pun digagalkan atas permainan ini, menurut Greg Poulgrain, penulis buku “Bayang Bayang Intervensi”.
Hasil dari permainan tingkat tinggi CIA tanpa mempertimbangkan kepentingan politik Presiden Kennedi maupun Soekarno, maka Soeharto dijagokan CIA sebagai presiden Indonesia kedua yang bisa kompromi dengan konglomerat amerika mengeksploitasi Papua.
Itulah sebabnya Freeport bisa memulai eksploitasi mineral di Tembagapura sebelum “Pepera” tahun 1969. Kekuasaan Indonesia àtas Papua sebagai negara boneka konglomerat Amerika di Provinsi Papua diteguhkan capitalis Amerika. Indonesia menjadi hamba Amerika dan bisa tertipu oleh perusahaan multi nasional yang dikuasai oleh segelintir konglomerat dunia ini.
Salah satu penipuan Amerika terhadap pemerintahan Jokowi itu jelas tentang penandatanganan MOU 51% ke Inalum. Apakah kepemilikan tanah milik rakyat melanesia itu adalah memang milik rakyat Indonesia? Kalau Papuà dimerdekakan oleh Amerika apakah MOU itu akan berjalan? Ini dilematis.
Kini Rakyat Papua on the way meminta PBB dan JOKOWI mengambil inisiatif menyelenggarakan REFERENDUM ULANG dengan alasan PEPERA tahun 1969 itu cacat hukum.
Seĺain PEPERA diselenggarakan dengan motif penguasaan dan eksploitasi kekayaan alam papua, juga pepera ini dilaksanakan bukan melibatkan semua rakyat memilih /”one man one vote” tetapi militer indonesia memilih dan memaksa kepala-kepala suku untuk memilih indonesia menguasai Papua dan menganeksasinya atas dasar musyawarah yang jelas-jelas bertentangan dgn hukum inteŕnasional.
Oleh sebab itu 37 ormas Papua di Jayapura, 7 wilayah adat dan 1,8 ratusan juta lebih rakyat sipil Papua meminta Jakarta dan PBB segera menyelenggarakan Referendum di Papua dalam waktu dekat dan bubarkan OTSUS dan semua isinya segera demi DAMAI DI TANAH PAPUA.