Tontonan Akhir Pekanku Film “Rabbit-Proof Fence”

Cover film "Rabbit-Proof Fence" - Ist

Oleh : Wensi Fatubun 

Ko’SaPa –  Malam ini “bersama” Molly, Gracie dan Daisy. Saya tidak bertemu mereka secara fisik, tapi menonton kisah mereka tiga dalam film “Rabbit-Proof Fence”.

Rabbit-Proof Fence adalah sebuah film yang diangkat dari kisah nyata Molly, Gracie dan Daisy. Daisy Kadibil — yang berusia delapan tahun pada tahun 1931 ketika ia melarikan diri dari kamp interniran Australia bersama dengan saudara perempuannya yang berusia 14 tahun, Molly, dan sepupunya yang berusia 10 tahun, Gracie.

Mereka adalah salah satu panutan gadis perkasa.

Perjalanan sejauh 800 mil (1.300 km) ketiga gadis itu melalui gurun Australia yang keras untuk kembali ke rumah menginspirasi sebuah buku dan film terkenal “Rabbit-Proof Fence.” Daisy, yang merupakan orang terakhir yang selamat dari ketiganya, meninggal pada bulan Maret 2018 di usia 95 tahun.

Kisah luar biasa dari perjalanan sembilan minggu Daisy, Molly, dan Gracie memperkenalkan banyak orang, baik di Australia maupun di seluruh dunia, pada tragedi “stolen generation” dimana puluhan ribu anak Aborigin Australia yang diambil dari keluarga mereka antara tahun 1910 dan 1970.

Bacaan Lainnya

Selama enam puluh tahun, banyak anak Aborigin, khususnya anak-anak ras campuran, diambil paksa dari keluarga mereka dan dikirim ke kamp-kamp tersebut dengan tujuan untuk mengasimilasi mereka ke dalam masyarakat kulit putih Australia. Terkenal penuh sesak dan tidak bersih, anak-anak di kamp-kamp tersebut mengalami tingkat penyakit dan kematian dini yang tinggi.

“Saya berasal dari Jigalong,” tulis Daisy dalam catatan biografinya.

“Mereka membawa saya pergi, tetapi saya berjalan kaki ke seluruh negeri untuk kembali ke tempat saya dilahirkan. Saya kembali.”

Film Rabbit-Proof Fence dimulai dengan Molly, Gracie dan Daisy itu dibawa dari rumah mereka di Jigalong, sebuah komunitas Pribumi di Australia barat laut, mereka dibawa ke Moore River Native Settlement, sebuah kamp interniran di sebelah utara Perth. Kesedihan sangat terasa.

Setelah gadis-gadis itu tiba di Moore River, mereka bertekad untuk melarikan diri; Molly kemudian menyatakan “tempat itu membuatku muak.”

Setelah hanya satu malam, Molly membawa kedua gadis yang lebih muda keluar dari kamp dan mereka memulai perjalanan pulang yang panjang dan berbahaya dengan menggunakan pagar antikelinci di seluruh negeri sebagai panduan.

Sepanjang perjalanan, mereka harus hidup dari tanah, tidur di liang kelinci yang digali, dan menghindari pelacak yang disewa oleh pemerintah yang mencari anak-anak yang “melarikan diri”.

Molly dan Daisy harus berpisah dengan Gracie yang tak beruntung. Gracie ditangkap dan dibawa kembali ke Moore River.

Molly dan Daisy akhirnya tiba di rumah mereka. Mereka disambut oleh mama dan Oma mereka. Akhir yang membahagiakan sekaligus menyisihkan tanya pilu tentang Gracie.

“Begitu mereka sampai di rumah, saya tidak pernah pergi lagi; saya menghabiskan bertahun-tahun bekerja sebagai juru masak dan pembantu rumah tangga di peternakan di tempat saya, dan terus mewariskan tradisi masyarakat Martu kepada keempat anak saya,” ungkap Daisy dalam buku Follow The Rabbit-Proof Fence karya Doris Pilkington Garimara.

Kisah Molly, Gracie dan Daisy hampir tidak diketahui hingga tahun 1990-an, ketika keponakan Daisy, Doris Pilkington Garimara, menulis “Follow The Rabbit-Proof Fence,” berdasarkan pengalaman ibunya, Garimara dan bibinya Daisy.

Garimara juga telah terpisah dari keluarganya dan menghabiskan bertahun-tahun di kamp Moore River. Ketika buku tersebut diadaptasi menjadi film “Rabbit-Proof Fence,” Stephen Holden dari New York Times menyebutnya sebagai “gambaran yang menghancurkan” tentang “perlakuan memalukan” Australia terhadap penduduk Aboriginnya, dengan mengamati bahwa “pemerintah Australia berada di pihak yang salah, yang selama lebih dari setengah abad, menjalankan program penculikan yang dilegalkan ini.” Lynne Craigie, presiden Shire of East Pilbara, tempat Daisy tinggal, mengatakan bahwa kenangannya akan dilestarikan:

Kisah Molly, Gracie dan Daisy yang luar biasa adalah bagian yang tak terhapuskan dari sejarah kolonialisme, dan kisah yang akan selalu dibagikan dan tidak akan pernah dilupakan.

Selamat malam

Berikan Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.