MERCUSUAR: Jauh pada kesendirian, cahaya mercusuar semakin pucat, redup, pudar lalu terbang menjadi sekawanan kunang kunang.
Kita hanya garis maya yang menyatukan kaki langit dan laut,
mengabur dalam debur ombak dan kapal kapal yang gemetar berlayar.
Mengapa kesalahan harus berulang menuju akhir yang menakutkan,
badai yang tak henti menggasing, memungkiri daun daun, mencelakakan ranting.
“Hidup hanya sekedar menumpang minum”, adalah perjalanan menuju pulang, meski risau harus selalu dimenangkan. Pun permohonan terganjal kiranya di tingkap langit.
Kelam semakin dalam, sehitam leleran tinta, diam tanpa bahasa.
Hanya debur ombak, butir butir pasir, kukuh batu karang yang bersiteguh dihantam lidah gelombang.
Sanggupkah kerdip lembut sekawanan kunang membakar malam,
menyingkap rahasia, membangunkan renta cahaya?
Kota Hujan, 26 Februari 2021