Sentani, Ko’SaPa – Tanggal 22 Maret memperingati Hari Air Sedunia atau World Water Day setiap tahunnya. Sejarah Hari Air Sedunia tidak bisa dilepaskan dari penyelenggaraan Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Lingkungan dan Pembangunan di Rio de Janeiro pada 1992. Dalam pelaksanaannya muncul ide untuk menetapkan sebuah hari internasional terkait air.
Hari Air Sedunia adalah perayaan yang ditujukan sebagai usaha-usaha menarik perhatian publik akan pentingnya air bersih dan usaha penyadaran untuk pengelolaan sumber-sumber air bersih yang berkelanjutan [Wikipedia].
Tema Hari Air Sedunia 2023 Tema Hari Air Sedunia 2023 adalah “Accelerating Change”. Menurut Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dalam situs UN Water, kampanye tahun memberikan fokus pada percepatan perubahan dalam mengatasi krisis air dan sanitasi.
Kampanye global Be the Change mendorong orang untuk mengambil tindakan dalam kehidupan mereka sendiri dalam rangka mengubah cara memperlakukan air. Di dalamnya meliputi cara menggunakan, mengonsumsi, hingga mengelola air.
Merespon Hari Air Sedunia berbagai oraganisasi merayakan dengan cara yang berbeda, termasuk Komunitas Rasta Kribo (Kork) Papua. Menyelenggarakan kegiatan Hari Air Sedunia, penanaman Pohon, Pameran Pangan Lokal hingga dengan pentas reggae dari berbagai Musisi Regggae di Tanah Papua.
Kegiatan ini Didukung langsung oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Diserindag) dan Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Jayapura yang memberikan bantuan tenda, agar para pengusaha UMKM juga mendapat tempat dalam kegiatan selama dua hari ini. PDAM Jayapura yang memberikan dua label air minum Robongholo dan Nanwani, serta sponsorship kegiatan adalah Suryanation yang saat ini juga sedang membangun koordinasi serta kolaborasi bersama komunitas seni dan budaya di Papua, secara khusus di Jayapura.
Kork Papua gelar pentas Reggae Jungle II
Ketua Panitia Pelaksana, Tedy Pekey, mengatakan, Komunitas Rasta Kribo (Kork) Papua menggelar pentas Reggae Jungle II dalam rangka memperingati Hari Hutan Sedunia pada 21 Maret dan Hari Air Sedunia 22 Maret 2023, di Flower Pirigin Park, Kampung Bambar, Distrik Waibhu, Kabupaten Jayapura, pada Selasa (21/3/2023) dan Rabu (22/3/2023). Tujuan ini diselenggarakan untuk mengajak semua masyarakat, agar lebih menjaga hutan dan air yang ada di sekitar.
Menurutnya, ajang ini bukan sekadar hura-hura bagi generasi muda di Bumi Khena Mbai Umbai dan Kota Jayapura pada umumnya.
“Semua atraksi dan perform yang ditampilkan bertemakan alam, baik lagu reggar yang dibawakan, puisi, pemutaran film, hingga kuliner asli Papua oleh Papua Jungle Chef,” jelasnya di Sentani, Kamis (23/3/2023).
Pekey juga mengtakan bahwa berkaca dari kondisi alam dan lingkungan saat ini, secara khusus di Kabupaten Jayapura, sudah bukan lagi waktunya untuk saling menyalahkan satu dengan lain. Justru saat ini semua pihak harus bergandengan tangan untuk menjawab, bagimana menjaga dan melestarikan hutan dan air, agar di kemudian hari tempat ini tidak hanya menjadi cerita atau legenda kepada anak cucu.
“Dua hari pelaksanaan kegiatan, kami sudah menanam 100 bibit pohon di areal tempat kegiatan ini, bantuan dari Dinas Kehutanan Provinsi Papua,” ucapnya.
Selain bantuan bibit pohon, lanjut Pekey, ada sejumlah pihak yang turut memberikan dukungan penuh kepada panitia, sehingga kegiatan selama dua kemarin ini dapat berjalan dengan baik dan aman.
“Yang terlibat dalam Reggae Jungle ini juga adalah grup band yang tidak terpisahkan dari Kork Papua sebanyak 12 grup. Jelang Desember nanti ada satu event yang sama yang akan kita laksanakan yakni Papua Reggae Worship,” tuturnya.
Salah satu peserta kegiatan, Dave Baransano, mengatakan komunitas seni dan budaya, secara khusus komunitas musik reggae di Jayapura dan Papua pada umumnya, tidak membutuhkan belas kasihan pemerintah daerah untuk mendapat perhatian seperti bantuan dana dan sebagainya, cukup diberikan wadah dan panggung untuk menampilkan hasil cipta dan karya yang sudah dihasilkan.
“Hasil karya kita sudah bisa masuk di berbagai platform media dan itu bagian kecil dari pekerjaan yang menghidupi kita sebagai seniman. Dukungan pemerintah yang diharapkan adalah memperbanyak event budaya lokal sehingga semua pihak bisa terlibat di dalam kegiatan tersebut,” katanya.
Sementara Caharles Toto dari Papua Jungle Chef yang hadir dalam Festival Papua Reggae Jungle mengatakan, orang Papua harus kembangkan potensi pangan lokal yang ada, jangan membiasakan diri dengan hasil olahan dari pabrik yang instan.
“Saya bisa keliling dunia hari ini, karena saya bisa olah makanan lokal. Jadi makanan lokal itu semuanya yang ada di Daerah kita termasuk airnya. Sehingga dalam kegiatan ini saya berharap untuk kita kembangkan pangan lokal,” katanya. (*)
Editor : Pace Ko’SaPa