TUNGKU
Mereka berjubah tapi mereka pandai berjudi
Berjudi tentang rahasia Ilahi
Mereka buncit tapi mereka pandai menari
Menari diatas penderitaan rakyatnya sendiri
Mereka diakuai sebagai tetua
Tetua yang lihai memasang janur kuning
Siapa aku ?
Barang kali sama seperti !
Ah aku !
Kampwalker – Waena, 24/09/2018)
ADAKAH HARI ESOK ?
Kencana di payudara menusuki si rahim
Melambai segala hasrat menjamah surga
Suci pun sirna dilahap kejamnya birahi
Beranak harta, susui tahta
Apalagi tersisa ?
Ratapan mulai usang
Niat pun diusung
Lirih litani jelas teruntai
Kuntum novena syaduh mengalir
Mengiringi lorong-lorong jalanan salib
Asa pun datang menari
Menggeliat di benak
Berharap ada yang jatuh
Sekedar memeluk letih jiwa
Hai KAU, masihadakah hari esok ?
Air mata darah menjelang punah
Missi Park Wamena, 5-15/9/18
Noo
N A M U K
Aku mengandung segalanya, seisi bumi
Takdapatku bendung, segalaku dilucuti
Tiada tersisa, telanjang bulatku berdiri
terlentang surga kupasrah, ditiduri bejatnya birahi
Saguku dibabat habis maha penguasa sawit
Pisang kudigilas bersih maha penguasa padi
Dusunku dipentas kejam maha penguasa gergaji
Binatangku pergi dikejar pemburu yang binatang
Dan aku ?
Dulu akulah pengayau
Menuju punah kini kudiayau
PEREMPUAN ITU
Perempuan itu busung kerempeng,
susuri jalan setapak di lembahkehidupan
demisecuil nafas esok hari,
meski setitik abjad tak ia kenali,
meski sebanyakang kata kita pahami.
Di saksinya beragam seragam dengan mata kepala,
bak dirajam jiwanya mati terancam.
Dinikmatinya setiap helai peradadaban dengan senyum kebanggan,
meskisetiap hembusan angin membawa debu-debu kecemasan akan ketiadaan.
Seperti sang kejora yang tiada pupus harapan,
Perempuan itu tetap menyusui waktu dengan harapan,
perempuan itu masih menoken kehidupan dng harapan,
perempuan itu terus berkebun ria dng harapan.
Untuk perempuan itu,
perempuan Yalli yg sore tadi menampakan harga diri.
Yalli, Mei 18
Noo